Nakita.id - Perempuan bernama Li Li Juan asal Hebei China sudah mengadopsi 75 anak terlantar selama 19 tahun terakhir.
Ia melakukan hal ini karena sejak tahun 1980 ia menjadi pengusaha garmen yang sukses sehingga ia juga ingin membagikan keberuntungannya kepada orang-orang yang kurang beruntung.
Li memilih jalan untuk mengadopis 75 anak terlantar yang kebanyakan ditinggalkan oleh keluarga mereka lantaran berbagai penyakit bahkan cacat. Ada juga yang kehilangan oranagtua karena bencana dan tragedi besar lainnya.
Keuntungan dari investasi pertambangan bijih besi dan tabungannya ia kumpulkan untuk mengangkat serta merawat semua anak-anaknya tersebut.
BACA JUGA: 7 Tanda Kanker ini Sering Diabaikan Perempuan
Tetapi pada tahun 2008 tambangnya ditutup karena perkembangan kota sehingga sumber pendapatan Li jelas hilang.
Mulai sejak itu ia menjual berbagai barang berharga dan propertinya agar kehidupan anak-anaknya tetap terjamin.
Tidak berhenti sampai pada satu masalah tersebut, pada tahun 2011, Li didiagnosis kanker getah bening (limfoma stadium awal).
Ia harus menghabiskan waktunya selama tujuh hari untuk perawatan di rumah sakit.
Ia mengeluhkan biaya mahal pengobatannya selama di rumah sakit karena ia lebih suka menggunakan uangnya untuk merawat anak-anaknya.
BACA JUGA: Romantis Banget! Pria Ini Melamar Sang Kekasih di Atas Pesawat
Sejak saat itu biaya yang harus Li keluarkan untuk merawat anak-anaknya sudah mulai melampaui batas pendapatan sehingga Li terpaksa mencari hutang kepada kerabat-kerabatnya.
Meskipun sudah dibantu oleh kerabat dan beberapa sumbangan dari badan amal, biaya yang Li butuhkan tetaplah masih tinggi, bahkan hutangnya kini lebih dari dua juta yuan, atau Rp 4.2 miliar.
Li selalu menolak jika ada orang yang ingin mengadopsi anak-anaknya karena menurutnya, anak-anaknya bukanlah anak yatim piatu yang bisa diadopsi.
Namun keadaan semakin parah, kesehatannya sudah tidak memungkinkan untuknya bisa merawat ke-75 anaknya.
Tetapi ia mencemaskan nasib anak-anak asuhnya jika kondisi kesehatannya semakin memburuk.
BACA JUGA: Bumil, Benarkah Makan 9 Telur Sehari Bikin Si Kecil Makin Cerdas?
Belum lagi beberapa anak asuhannya merupakan penyandang disabilitas dan gangguan kesehatan, hal tersebut selalu membebani Li untuk melepaskan mereka semua.
Dilansir dari shanghaiist.com, seorang wakil dari Departemen Urusan Sipil Wu'An, mengatakan bahwa adopsi anak-anak harus dilakukan melalui Pusat Kesejahteraan Sosial.
Meskipun kebaikan Li dalam mendirikan 'desa amal' harus diapresiasi, namun masih merupakan organisasi non-korporat yang tidak memiliki hukum yang kuat.
BACA JUGA: Bukan Hanya Harvey Moeis, 5 Suami Artis Ini Gantengnya Bikin Meleleh!
Oleh karena itu, meski mendapat tawaran dari orang lain untuk mengadopsi anak-anak ini, dia tidak punya pilihan selain menolak tawaran tersebut.
Pada saat bersamaan, ruang dan dana untuk menjalankan "desa amal" menjadi semakin terbatas dengan jumlah anak adopsi yang terus bertambah. (*)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | shanghaiist |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR