Nakita.id - Digital membantu kehidupan manusia lebih mudah. Apalagi informasi.
Informasi dengan digital mudah tersampaikan. Pun sebaliknya dengan digital kita bisa mudah mencari informasi.
Tapi semua kemudahan itu tidak menjamin kita para orangtua bisa memberikan yang terbaik bagi anak.
Buktinya di Tangerang. Di kota dengan konsep Liveable, Investable, Visitable dan E-city yang disingkat menjadi LIVE, masih ditemukan balita kurang gizi dan stunting yang disebabkan ketidak tahuan orangtua.
Ya, para orangttuanya meberikan susu kental anis pada anak-anaknya.
Menurut mereka susu kental manis adalah susu.
Padahal, susu kental manis itu berdasarkan Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam 100 gr susu kental manis mengandung 343 Kal, 10 g lemak, 3 g protein, 55 g gula, 275 mg kalsium, dan 0 g serat.
Artinya, tanpa kandungan serat, susu kental manis tidak bisa dijadikan sebuah minuman atau makanan yang mengenyangkan dan melancarkan pencernaan.
Namun asupan gizi tersebut dinilai tidak bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Karenanya diperlukan edukasi dengan baik hingga ke Puskesmas dan Posyandu. Supaya orangtua paham jika susu kental manis bukan susu.
Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar mengakui masih banyak anak-anak yang mengalami stunting atau masalah kurang gizi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, tercatat ada sebanyak 28,8 persen warganya menderita kurang gizi.
Aktivis kesehatan anak, Yuli Supriati mengatakan di beberapa daerah, stunting masih belum menjadi kekhawatiran masyarakat.
Calon ibu dan ibu-ibu muda, dikatakan Yuli masih banyak yang tidak teredukasi mengenai stunting.
Baca Juga: Studi: Anak-anak Berusia 10 hingga 19 Tahun Sebarkan Virus Corona Layaknya Orang Dewasa
Disebutkan Yuli, dalam kunjungannya ke Puskesmas Tigaraksa, Tangerang beberapa waktu lalu, ia mendapati sebanyak 36 anak balita dalam status gizi kurang, termasuk 21 anak diantaranya berada pada rentang usia 1 – 2 tahun.
Di desa Cileleus, Tigaraksa Tangerang, Yuli bertemu Mutia dan Tegar, dua balita penerima program pemberian makanan tambahan (PMT) dari Puskesmas Tigaraksa.
Mutia dan Tegar berusia 2 tahun, dengan berat badan yang hanya 7 kg. Padahal, untuk anak normal, di usia dua tahun seharusnya memiliki berat badan 14 kg untuk perempuan dan 15 kg untuk laki-laki.
“Pas bayinya mah dikasih ASI, tapi kan bapak ibunya kerja, anaknya dirawat saya. Kalau pas lagi ada (uang), dibeliin susu kaleng, sering juga diutangin di agen,” ujar Amah, nenek yang merawat Mutia. Susu kaleng yang dimaksud Amah adalah kental manis.
Amah sendiri sudah tak mengingat sejak kapan cucunya mengkonsumsi susu kental manis sebagai asupan nutrisi. Dalam sehari, Mutia bisa mengkonsumsi 3 – 4 gelas susu kental manis.
Tak jauh berbeda dengan Mutia, Tegar yang waktu ditemui berada nyaman dalam gendongan ibunya pun seringkali mengkonsumsi susu kental manis.
“Kalau lagi enggak punya uang ya enggak dikasih apa-apa, kalau lagi ada beli susu yang sachet-an saja di warung,” jelas ibu dari Tegar.
Padahal perlu diketahui, susu kental manis disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab stunting pada anak Indonesia.
Artikel selengkapnya bisa klik GridHEALTH.id dengan judul 'Terlalu Sering Minum Susu Kental Manis, Puluhan Balita di Tangerang Alami Stunting hingga Berat Badannya Alami Penurunan', atau bisa langsung klik DI SINI.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR