Nakita.id- Petai merupakan salah satu jenis makanan yang banyak disukai orang Indonesia.
Petai sering kali dikonsumsi sebagai lalapan untuk melengkapi makanan.
Petai juga sering kali dikombinasikan dengan sambal yang dinilai mampu mendorong nafsu makan.
Akan tetapi banyak pula orang yang justru tidak menyukai petai ini.
Pasalnya petai memiliki aroma yang kurang sedap, sehingga jika dikonsumsi tentunya akan membuat mulut terasa bau.
Namun, tahukah Moms meski bau ternyata petai mengandung banyak manfaat bagi kesehatan.
Bukan hanya dagingnya, kulit petai juga dinilai mengandung banyak manfaat bagi kesehatan.
Baca Juga: Jauh Dari Kesan Mewah, Siapa Sangka Syahrini dan Reino Barack Suka 'Makanan Kampung' Ini
Salah satunya sebagai obat impotensi. Impotensi adalah suatu kondisi dimana Mr. P tidak mampu merasakan ereksi secara lama.
Impotensi ini biasanya dialami oleh para pria yang sudah memasuki usia 40 tahunan.
Kondisi tersebut bisa berdampak panjang terhadap keharmonisan Dads dan Moms.
Sehingga tak heran banyak Dads yang memilih untuk mengonsumsi obat kuat agar bisa tahan lama di atas ranjang.
Baca Juga: #5MenitAja Hilangkan Bau Mulut Setelah Makan Jengkol dan Petai, Mudah dan Cepat!
Kini tak perlu khawatir Moms, impotensi bisa diatasi hanya dengan mengonsumsi air rebusan kulit petai, begini caranya melansir dari Tribunnews.com:
- Ambil kulit pete 1 lanjar
- Gunting kulit pete selebar 5 hingga 10 mm
Baca Juga: Jadi Primadona Orang Indonesia, Ini Bahayanya Keranjingan Makan Petai!
- Rebuslah air sebanyak 400 ml sampai mendidih
- Setelah air mendidih, masukkan guntingan kulit pete kedalam air mendidih
- Rebuslah kulit pete selama 20 menit
Baca Juga:
Catatan : Dalam waktu 6-10 jam setelah meminum rebusan, seseorang akan merasakan hasilnya.
Dan sebaiknya rebusan petai jangan diminum di pagi hari, air petai dianjurkan untuk diminum siang atau malam setelah cukup makan.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR