"Jadi mau tidak mau, anak akan melihat dunia di sekitar budaya dia hidup, terus mengikuti, sehingga ada ketertarikan sendiri," jelas GKR Bendara.
Menurutnya, perbedaannya hanya karena anak-anaknya tinggal di lingkungan kerajaan, sehingga sejak kecil sudah mulai terbiasa hidup dikelilingi kentalnya tradisi dan budaya, khususnya budaya Yogyakarta.
Sedikit berbeda dengan GKR Bendara, GKR Hayu melihat bahwa ia dan para kakaknya tak mendapatkan keistimewaan menjadi seorang ibu rumah tangga yang mengasuh anak di rumah.
"Untuk saya personally, stay at home moms itu adalah satu luxury yang kita nggak punya.
"Jadi sebagai anak-anaknya bapak itu kan kita dituntut harus berperan aktif di masyarakat, ya? Jadi kita nggak bisa jadi stay at home moms," jelas GKR Hayu.
Ia dan para kakak dan adiknya pun sempat merasakan jauh dari ibunya yakni Gusti Kanjeng Ratu Hemas karena sang ibu sudah berperan sebagai anggota DPD RI selama 4 periode.
Namun, keduanya kompak mengatakan bila anak-anaknya memang memiliki keistimewaan yakni dekat dengan budaya, sehingga anak-anaknya sejak kecil sudah mendapatkan contoh bagaimana melestarikan budaya dan tradisi sejak kecil.
"At one point, mau nggak mau anak-anak itu diajarin harus ikut melestarikan budaya. Kita merasakan, dulu ikut upacara-upacara itu males banget," lanjut GKR Hayu.
Meski demikian, GKR Hayu dan GKR Bendara mengaku caranya mengasuh anak dengan ibu-ibu di luar kerajaan hampir sama.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR