Nakita.id.- Saat berpakaian, celana dalam jadi busana pertama yang Moms kenakan setiap hari.
Ya, meski berukuran kecil, celana dalam berperan penting dalam menjaga kesehatan organ intim manusia.
Celana dalam membantu melindungi organ genital dari gesekan pakaian (bisa menyebabkan lecet), menjaga kebersihan (paparan kuman atau bakteri), serta memberi kenyamanan dan rasa aman bagi pemakainya.
Tahukah Moms bahwa kesadaran untuk menutupi dan melindungi kemaluan sudah dilakukan manusia sejak 7.000 tahun yang lalu?
BACA JUGA: Inilah yang Terjadi Selama Kehamilan . Berikut Cara Mengatasinya
Manusia zaman prasejarah mengenakan pakaian berupa kulit untuk menutupi kemaluannya.
Namun pada masa itu, kulit tersebut jadi satu-satunya busana yang menutupi tubuh.
Menurut sejarah, penggunaan celana dalam atau cawat (sebagai pelapis sebelum berpakaian) pertama dilakukan pada era Firaun di Mesir. Khususnya oleh kaum perempuan.
Pada masa itu, perempuan Mesir menggunakan kain panjang yang dililit sedemikian rupa untuk menutupi area selangkangan dan bokong.
Ini berguna untuk menjaga kemaluan agar tak lecet, juga menjaganya tetap bersih.
Banyak juga yang berspekulasi bahwa lilitan mumi Mesir jadi sumber inspirasi terciptanya celana dalam.
Ribuan tahun kemudian, celana dalam masih jadi barang mewah yang belum bisa didapat semua orang.
Yang mengenakan celana dalam hanyalah kaum elit, seperti raja, ratu, hingga bangsawan. Semua karena bahan katun atau wol yang masih berharga mahal.
BACA JUGA: Miris Tapi Nyata, Perempuan Menstruasi di Daerah Ini Harus Dikucilkan
Orang Romawi kuno juga mengenakan celana dalam, yang dikenal dengan nama 'subligaculum'.
Subligaculum sendiri berupa kain linen/katun yang dililitkan untuk menutupi area bokong dan dikencangkan menggunakan sabuk besi.
Hingga pada era Perang Dunia 1, Amerika menciptakan celana dalam berbahan katun yang simpel dan berpinggang karet, khusus untuk memudahkan tentaranya ketika berperang.
Kala itu, sekutu sudah mengenakan celana dalam berbentuk segitiga, ada pula yang mengenakan boxer.
Era 90-an jadi masa keemasan celana dalam. Pada dekade ini, celana dalam menjelma jadi item fashion yang bernilai komersil.
Merek fashion terkemuka seperti Calvin Klein dan Victoria's Secret jadi produsen pakaian dalam terbesar dunia. Ekpslorasi bentuk dan jenis pakaian dalam pun sudah beragam.
Bahannya tak lagi menggunakan katun semata. Ada yang terbuat dari sutra, satin, renda, bahkan tulle transparan yang super seksi.
Fungsi celana dalam pun mulai bergeser dan tak hanya mementingkan aspek kenyamanan semata.
BACA JUGA: Rajin Mengajak Ngobrol dan Bertamu, Kunci Si Kecil Tumbuh sebagai Anak Super.
Muncul thong, g-string, bikini, tanga, dan masih banyak lagi. Harganya pun meroket tajam. Sebuah celana dalam rancangan desainer ternama bisa dijual jutaan hingga belasan juta rupiah.
Tapi dari semua model celana dalam tersebut, yang paling aman dan nyaman siapa sangka, adalah model nenek.
Sejatinya ini adalah celana dalam model midi yang sampai menutupi pusar. Disebut model nenek karena celana dalam ini berbentuk longgar banget sehingga kesannya kuno.
Sebabnya pakaian dalam yang terlalu ketat atau yang modelnya irit banget alias tidak menutupi seluruh area organ intim, dapat membuat organ intim panas, lembap, serta mudah kemasukan bakteri.
Celana dalam model nenek memudahkan Moms bergerak dengan nyaman, sekaligus senantiasa menjaga kesehatan organ intim.
Jika Moms mengalami keputihan yang disertai gatal, bau tidak sedap, atau terdapat keputihan yang mengganggu yang terlihat pada pakaian dalam Moms, setelah dari dokter, pasti Moms disarankan untuk memakai celana dalam model nenek ini untuk beberapa waktu sampai sembuh. (*)
Source | : | Tabloid Nakita,everydayhealth.com,kumparan.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR