Tabloid-Nakita.com - Setiap anak mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara yang berbeda. Ada yang cepat bicara, ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Ada batita berusia 1,5 tahun sudah mengenal dan mampu menunjuk apa itu “hidung”. Namun secara verbal, ia baru dapat mengucapkan kata “dung”.
Lalu, bagaimana sikap orangtua? Apakah harus merespons bahasa isyarat anak dengan bahasa isyarat juga? Atau, justru menjelaskan kata-kata yang benar untuk hal yang sebenarnya ingin dikomunikasikan si batita?
Hal-hal seperti ini mungkin bisa membuat Mama Papa bingung. Kalau merespons bahasa isyarat anak dengan bahasa isyarat, orangtua khawatir anaknya tidak segera belajar bicara. Jika merespons dengan kata-kata, ragu apakah si batita mampu memahami perkataan
orangtua.
Paling baik adalah melakukan keduanya: merespons bahasa isyarat anak dengan bahasa isyarat yang dibarengi gestur tubuh yang jelas, disertai pengucapan verbal yang benar. Lakukan dengan gerakan lemah lembut dan perlahan, tunjukkan kasih sayang kita melalui nada suara yang pelan dan baik.
Pada contoh si batita menyebutkan “dung” di atas, kita dapat memancing dengan berkata, “Hi...” dan si kecil akan melanjutkan, “Dung.” Pada batita yang lebih maju, diminta “jepit hidungnya”, ia sudah paham dan langsung mengarahkan jari telunjuk serta ibu jarinya untuk menjepit hidung. Ini berarti kemampuan berkomunikasi anak sudah cukup berkembang, ia mengerti apa yang harus dilakukan, meskipun pengucapan kata-katanya masih terbatas.
Contoh lain, ketika memberikan instruksi pada batita untuk mengambil bola yang jatuh di kolong meja. Ucapkan instruksi mengambil bola tersebut dengan nada yang halus seperti, “Dek, tolong ambil bola (sambil membentuk lingkaran dengan kedua tangan) warna kuning di bawah meja (sambil menunjuk ke bawah meja).”
Ketika anak bergerak menuju meja, kita dapat memberikan penguatan, misalnya, “Iya, betul. Ada di bawah meja, Sayang.”
Setelah anak berhasil mengambil bola tersebut, berikan pujian, “Nah, ini dia bolanya. Adek pintar, ya. Terima kasih (sambil berikan tatapan sayang dan mengelus pipi, kepala, atau punggungnya).” Atau, dengan mengacungkan ibu jari.
Untuk membantu perkembangan bahasa si batita, kita memang selayaknya memberikan stimulasi yang tepat. Sejumlah penelitian menunjukkan, anak-anak yang mempelajari kemampuan berbahasa isyarat sebenarnya dapat berbicara dan memahami bahasa dengan lebih baik daripada mereka yang tidak belajar bahasa isyarat.
Saat batita melakukan gerakan isyarat, maka isyarat itu seharusnya mendorong orangtuanya untuk merespons. Demikian pula, isyarat yang diberikan orangtua disertai dengan penjelasan verbalnya merupa kan stimulus bagi perkembangan bahasa anak, sehingga dapat menguatkan kemampuan bahasanya.
Jadi, pastikan Mama selalu merespons bahasa isyarat anak, ya. Jangan ragu untuk “bawel” alias banyak bicara dan lebih ekspresif di hadapan anak, karena melalui kata-kata, gerakan, dan raut muka Mama Papa lah, si batita mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
Narasumber: Weni Endahing Warni, MPsi, Psikolog Universitas Hang Tuah, Surabaya
(Amanda Setiorini)
KOMENTAR