Tabloid-Nakita.com – Menjadi orang tua memang menjadi hal yang sulit. Perasaan anak yang sangat sensitif membuat Mama dan Papa harus menyadari bahwa kalimat yang Mama ucapkan harus hati-hati. Menyakiti anak dengan kalimat tertentu akan memberikan dampak negatif hingga ia besar karena dapat mengembangkan gangguan psikologis. Berikut kalimat yang tak boleh orangtua ucapkan karena dapat jadi penyebab trauma pada anak.
Baca juga: Hati-hati, taman bermain bisa jadi penyebab trauma pada anak
1.“Tinggalkan Mama sendiri”
Mama mungkin ingin memiliki waktu pribadi atau sendiri tanpa diganggu oleh anak. Namun, jangan terlalu sering mengatakan hal ini apalagi di saat ia sedang ingin bermain dengan anak. Si kecil akan memiliki rasa tidak aman karena tidak ada yang melindunginya dan merasa tidak dicintai oleh orangtua. Ada baiknya Mama yang perlu mengatur waktu pribadi misalnya saat anak tidur.
2.“Kamu payah!”
Mengejek anak merupakan hal yang sangat perlu dihindari apalagi ketika Mama mengejeknya si kecil menangis dan marah. Hal ini merupakan bahaya serius untuk kondisi emosional anak. Mama justru perlu membantu anak dan berada di sampingnya untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Terbiasa mengejek anak juga berdampak pada anak yang menganggap dirinya negatif.
Baca juga: Cara sederhana menghilangkan trauma pada anak
3. “Kamu harusnya kayak dia”
Membandingkan si kecil dengan teman atau saudaranya hanya akan menurunkan harga diri dan rasa percaya dirinya. Jika Mama terus menerus melakukan hal yang sama anak justru akan membenci Mama. Rasa benci itu juga akan bersamaan dengan bayang-bayang kegagalan dalam dirinya. Ia akan takut mencoba sesuatu karena merasa tidak akan mampu melakukannya.
4. “Berhenti! Atau kamu Mama pukul”
Kekerasan fisik hanya membuat anak takut untuk sementara waktu. Di depan Mama, si kecil mungkin terlihat menurut. Namun ia akan lebih mungkin melakukan kegiatan sembunyi-sembunyi bahkan ia akan jadi pribadi yang suka memberontak saat dewasa. Kebiasaan mendapatkan hukuman fisik akan membuatnya terbiasa menyelesaikan segala sesuatu dengan fisik pula.
Baca juga: Trauma terkunci di dalam kelas, bagaimana mengatasinya?
5. “Anak laki-laki engga boleh nangis”
Stereotip terhadap gender sebaiknya tidak Mama tanamkan sejak kecil. Kecuali memang hal-hal yang berhubungan dengan moral umum seperti anak laki-laki tidak boleh memakai rok. Namun, untuk masalah kemampuan, bakat hingga sikap biarkan ia berkembang sebagaimana dengan apa yang ia suka. Asalkan tidak ke arah negatif, Mama tetap harus mendukungnya. Tanamkan kemandirian dan kesamaan gender sejak dini.
6. “Kamu terlalu gemuk”
Kalimat ini memang menjadi penyebab trauma pada anak. Mengkritik anak secara langsung mengenai fisiknya akan membuatnya tak bangga dengan apa yang ia punya. Selain itu, si kecil akan terbiasa mengetahui bahwa dirinya merupakan hal negatif. Ada baiknya Mama mendorong si kecil untuk lebih sehat dan bangga dengan kondisi fisiknya.
(Niken/Boldsky)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR