Tidak sampai di situ saja. Sekolah juga harus memiliki pemetaan seluruh elemen sekolah yang mencakup kondisi kesehatan atau riwayat komorbid, risiko perjalanan pulang pergi, riwayat perjalanan dari daerah dan zona risiko tinggi dan kontak erat, serta pemeriksaan rentang isolasi mandiri yang harus diselesaikan pada kasus positif Covid-19.
"Kegiatan belajar mengajar tatap muka yang akan dimulai tahun depan, tidak berarti kegiatan belajar mengajar akan berlangsung seperti sediakala secara instan. Perlu diingat, instansi pendidikan dapat menjadi salah satu klaster penularan Covid-19 apabila tidak berpedoman pada protokol kesehatan," tegas Wiku.
Jadwal dan kapasitas kelas, tentu akan berbeda dan disesuaikan guna mencegah risiko kontak fisik yang berlebih.
Selain itu, kegiatan sekolah yang berpotensi menimbulkan kerumunan juga ditiadakan.
Aturan untuk memakai masker dan mencuci tangan baik sebelum dan sesudah berkegiatan juga akan diterapkan secara tegas.
Seluruh upaya yang sedang dilakukan saat ini adalah adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif aman Covid-19.
Tentunya, semua itu dilakukan secara bertahap. Mulai dari prakondisi, timing, prioritas, koordinasi pusat dan daerah, dan monitoring evaluasi.
Saat ini, masih ada waktu sekitar 1,5 bulan lagi sebelum memulai tahun ajaran baru, sehingga diharapkan ada sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lintas kementerian/lembaga untuk melakukan simulasi terlebih dahulu.
"Mari kita menyongsong matahari yang bersinar di tahun 2021, untuk kehidupan yang produktif dan aman Covid-19," harap Wiku.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR