Tabloid-Nakita.com - Banyak SD yang mensyaratkan kemampuan membaca dan berhitung sederhana pada calon murid kelas 1-nya. Ini bisa dilihat dari tes masuk yang diadakan. Tentunya jadi lebih mudah bagi pihak sekolah bila muridnya, sedari masuk, sudah bisa membaca, menulis atau berhitung.
Hal ini mendorong munculnya berbagai tempat kursus calistung. Menjamurnya kursus calistung dikarenakan kekhawatiran orangtua,
bahwa anaknya tidak akan diterima di SD kalau belum bisa calistung. Padahal SD yang baik tidak mensyaratkan calistung.
Dra. Gerda K. Wanei, MPsi, pengajar di Universitas Atmajaya Jakarta, mengembalikan soal calistung ini kepada orangtua. Ikut kursus boleh saja dengan alasan apa pun, yang penting jangan lupa bahwa di usia prasekolah (TK) yang harus ditekankan adalah penguasaan keterampilan bantu diri alias life skill. Knowledge akan cepat dikuasai di usia sekolah.
Malahan, calistung sebenarnya cukup diselipkan dalam stimulasi yang memperkuat attitude dan skill anak. “Ayo Adek, kamu coba pakai sepatu sendiri. Kaki kiri memakai sepatu di sebelah kiri…. Kaki kanan pakai sepatu yang di kanan…” Hubungan asosiasi (menggabungkan) antara kaki dengan sepatu dari sisi yang sama juga merupakan salah satu dasar matematika.
Masalahnya, sudahkah anak siap belajar baca-tulis?
Melihat kesiapan anak untuk belajar calistung sebetulnya mudah saja. Lihatlah kemandiriannya dalam hal bantu diri, sudah muncul atau belum. Ini yang harus diketahui lembaga-lembaga kursus itu. Lihat dan observasi dulu secara individual.
• Secara umum, tanda-tanda anak siap belajar baca-tulis adalah kemampuan motoriknya sudah matang sesuai usia.
• Kemampuan verbal atau bicaranya sudah lancar.
• Perilaku atau attitude anak di tempat umum bisa dikendalikan.
• Paham instruksi-instruksi sederhana.
• Keingintahuannya tinggi tentang hal-hal yang berhubungan dengan calistung, seperti pada buku atau dongeng dan suka bertanya mengenai angka dan huruf.
Jika anak-anak belum menunjukkan hal-hal di atas, bukannya Mama tidak boleh mengenalkan calistung. Boleh saja. Lakukan di rumah dengan konsep learning by playing dan penuh kesabaran. Tak peduli mamanya bekerja di luar rumah atau tidak. Yang dibutuhkan hanya time management.
Narasumber: Dra. Gerda K. Wanei, MPsi, Staf Pengajar Fakultas Pendidikan dan Bahasa Universitas Atmajaya, Jakarta
(Gazali/Irfan/Saeful/Santi/Heni)
KOMENTAR