"Kelainan genetik yang terbesar banyak kasusnya karena hampir 70-80% kasus di klinik adalah kelainan reflaksi," jelas dr. Junaedi Sp.M dalam wawancaranya bersama Nakita.id.
Seorang dokter mata lainnya yaitu dr. Dian Astriani, Sp.M juga mengakui bahwa risiko anak menggunakan kacamata akan lebih besar jika orangtuanya juga menggunakan kacamata.
Tetapi dr. Dian menegaskan bahwa keturunan hanyalah meningkatkan risiko menurun ke anak tetapi bukan berarti pasti menurun.
"Ada yang orangtua berkacamata anak enggak berkacamata ada juga. Kalau meningkatkan resiko iya itu fakta tapi kalau pasti sih belum tentu," jelas dr. Dian dalam wawancaranya bersama Nakita.id.
Dan mata rabun disini bisa rabun jauh dan rabun dekat, artinya Si Kecil akan memiliki kesulitan melihat dalam jarak dekat ataupun jauh.
2. Glaukoma kongenital
Penyakit mata turunan yang berisiko diturunkan ke anak yang selanjutnya yaitu glaukoma kongenital.
Glaukoma kongenital yaitu kondisi ketika terjadi masalah di saluran cairan mata sehingga terjadi tekanan yang tinggi di bola mata.
Glaukoma kongenital bisa muncul saat masih bayi atau ketika Si Kecil sudah tumbuh dewasa dengan gejala mata merah, bola mata membesar, berair, dan mudah silau.
"Biasanya pada glaukoma kongenital yang sudah sangat variatif begitu lahir ada yang cepat progresifitasnya cepat sehingga besarnya cepat sekali. Begitu bertambah besar cepat tentu pengelihatan jadi hilang biasanya," jelas dr. Junaedi yang biasa praktik di RS Pondok Indah Puri Indah.
Tetapi dr. Junaedi menekankan bahwa ketika ada salah satu orangtua yang menderita glaukoma kongenital, maka penting untuk segera bayinya dilakukan pemeriksaan mata sedini mungkin.
3. Buta warna
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR