Nakita.id - Kewalahan saat menjadi orangtua baru wajar dirasakan. Termasuk kekurangan waktu tidur.
Meskipun sudah disiasati dengan meminta bantuan Dads, Moms rasanya masih saja belum bisa memiliki waktu tidur yang cukup.
Untuk menyiasatinya, Moms disarankan ikut tidur ketika bayi sedang tidur mungkin adalah saran yang tepat.
BACA JUGA Yuk Intip! Rumah Minimalis Pemain Iron Man, Robert Downey Junior
Masalahnya, bayi sering kali terbangun di malam hari yang membuat Moms jadi ikut terjaga.
Bayi bangun sebagian besar karena kelaparan. Tetapi sebenarnya ada hal-hal lain yang menyebabkan Si Kecil sering terbangun di malam hari.
Dilansir dari healthline.com, berikut 5 alasan utama bayi tidak bisa tidur di malam hari.
1. Si Kecil belum bisa membedakan siang dan malam
Beberapa bayi memiliki jadwal tidur yang terbalik. Ia bisa tidur dengan nyenyak di siang hari, namun menjadi susah tidur di malam hari.
Meskipun hal ini membuat frustrasi dan melelahkan, tapi hanya sementara.
BACA JUGA Utamakan Bentuk Balkon yang Aman Bagi si Kecil
Beberapa hal dapat Moms lakukan untuk membantu Si Kecil belajar membedakan siang dan malam hari:
a. Jaga agar Si Kecil terbangun sedikit lebih lama saat ia bangun di siang hari, ini akan membantu menambah kebutuhan tidur di malam hari.
Beberapa ahli tidur merekomendasikan bermain dengan Si Kecil selama beberapa menit setelah memberi makan, ketimbang membiarkan ia tertidur.
b. Bawa Si Kecil ke luar dan ajak berjemur di bawah sinar matahari, pastikan mereka terlindungi dengan baik.
Cahaya alami dapat membantu mengatur ulang jam internal/waktu sirkadian mereka.
Jika Moms tidak bisa keluar, letakkan tempat tidur Si Kecil di dekat jendela yang terang.
BACA JUGA 5 Hape Layar 6 Inci Murah Rp 2 Jutaan, Nyaman Baca Gosip dan YouTube
c. Hindari aktivitas yang merangsang tidur selama siang hari.
d. Jauhkan paparan sinar lampu atau matikan total di malam hari, di dekat tempat tidur Si Kecil.
Demikian juga untuk suara dan gerakan. Tujuannya, Moms harus ciptakan suasana yang senyap gangguan saat bayi hendak tidur.
2. Si Kecil kelaparan
Bayi yang baru lahir menyusunya sedikit-sedikit.
Selain dia sedang belajar menyusu, susu sendiri juga dicerna dengan cepat yang mengakibatkan bayi jadi cepat lapar.
Dampaknya, Si Kecil sering terbangun karena perlu diisi lagi perutnya (lapar).
Para ahli mengatakan kelaparan (haus) adalah alasan paling umum bayi terbangun di malam hari.
Jangan abai dengan kebutuhannya. Segera beri ASI bila terbangun karena lapar.
Dengan pengalaman dan insting Moms, pasti akan tahu apakah Si Kecil bangun karena lapar atau karena hal lain.
BACA JUGA: Benarkah Anak Kedua Lebih Berpotensi Jadi Pemberontak Ketika Dewasa?
3. Kesehatannya terganggu.
Banyak hal yang membuat Si Kecil merasa tidak nyaman.
Misalnya suasana kamar yang terlampau dingin atau membuat gerah (kepanasan), tumbuh gigi, pilek atau alergi, popok basah karena pipis, atau rasa tak nyaman di perut (kolik).
Hal-hal di atas bisa membuat Si Kecil tak nyenyak tidur.
Segera periksa sumber ketidaknyamanan Si Kecil. Bila karena sakit, segera kunjungi dokter.
4. Si Kecil membutuhkan Moms
Beberapa bayi sangat mencintai orangtua mereka, bahkan tidak ingin membuang waktunya untuk tidur.
Si Kecil ingin tahu apa yang sedang Moms lakukan, dan mereka ingin bermain, bahkan di tengah malam!.
BACA JUGA: Ibu Ini Kaget Dapati Ekor di Pantat Bayinya, Ternyata Ini Penyebabnya
Beberapa orangtua merasa bahwa tidur di ruangan yang sama dengan Si Kecil membantu mereka merasa lebih dekat di saat yang sama juga membiarkan orangtuanya beristirahat.
5. Pengaruh dari Moms
Pada dasarnya, bayi itu sensitif. Terlalu banyak rangsangan bisa membuat mereka terbangun.
Rangsangan bisa datang dari makanan yang dimakan sehingga memengaruhi ASI, atau banyak bermain di siang hari.
Si Kecil juga bisa terjaga bila ada kandungan dari ASI yang tidak beres dari makanan yang Moms konsumsi, dan tidak cocok bagi pencernaan bayi.
BACA JUGA: Berat Badan Ideal Sebelum Hamil, Begini Cara Menghitungnya Moms
Sebab lain juga bisa karena suasana yang penuh kebisingan sehingga membuat Si Kecil sulit tidur. (*)
Source | : | healthline.com |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR