Nakita.id - Moms, mungkin sebagian dari kita pernah menuntut Si Kecil untuk mendapat ranking yang bagus di kelas.
Bagaimana tidak, ranking yang bagus merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua terhadap Si Kecil.
Untuk mewujudkan hal itu, Moms pasti rela untuk memberikan fasilitas belajar tambahan agar Si Kecil dapat meraih ranking yang bagus hingga menjadi juara kelas.
BACA JUGA: Sempat Disangka Editan, Ini Identitas Paspampres yang Kawal Presiden
Namun, perlu kita sadari bahwa hasil belajar bukan merupakan hal terpenting.
Seringkali Kita cenderung hanya menilai hasil belajarnya saja, dan tidak memperdulikan proses belajar yang anak lewati.
Jika mental sang anak mampu menerima tuntutan dari orantuanya, mungkin ia akan merasa termotivasi dengan tuntutan itu.
BACA JUGA: Terinfeksi Bakteri Saat Mengalami Luka, Seorang Anak Meninggal Dunia
Namun, fatalnya jika anak tidak siap, maka akan mengakibatkan hal-hal yang tidak kita inginkan.
1. Di Taman Kanak-kanak (TK)
Fokus perkembangan di TK adalah perkembangan kemampuan seperti prilaku, bahasa, daya pikir, jasmani, kretivitas dan lainnya.
Dengan demikian, seharusnya di Tk belum diterapkan sistem ranking menggunakan angka.
Namun, jika di TK-nya sudah ditetapkan sistem ranking, dan Moms terus mengingatkannya tentang hal itu, maka dikhawatirkan Si Kecil akan membenci sekolah.
BACA JUGA: Makanan Ini Bisa Dimakan Mentah dan Justru Bikin Sehat, Mau Coba?
Si Kecil akan beranggapan sekolah adalah hal yang tidak menyenangkan dan membebani.
Alhasil Si Kecil akan mogok sekolah, dan kejadian ini sering ditemukan pada anak usia prasekolah yang mulai masuk taman kanak-kanak.
Rasa tertekan pada anak usia ini biasanya diekspresikan dengan sikap agresif, dan akan sering bersitegang baik dengan saudaranya dirumah, maupun dengan teman-temannya di sekolah.
Di usia ini anak belum mampu dibebani, apalagi dengan urusan ranking sekolah.
2. Di Sekolah
Pada anak yang mulai masuk sekolah dasar, penilaian memang dilakukan dengan angka-angka.
namun demikian pe-rankingan juga tidak disarankan karena kemampuan anak berbeda-beda.
BACA JUGA: Makanan Ini Bisa Dimakan Mentah dan Justru Bikin Sehat, Mau Coba?
Bila digeneralisir, kemampuan anak yang sebenarnya justru tidak akn terasah.
Generalisir juga membuat anak justru tidak menemukan bidang yang menjadi kemampuannya, jika dewasa itulah yang disebut passion.
Bila orang tua memaksa anak untuk mendapat ranking yang bagus padahal kemampuan otaknya mengatakan bukan bidang itu yang iaa kuasai, maka anak akan merasa terbebani.
Beban tersebut akan mengakibatkan stres pada anak.
Stres ini juga akan berpengaruh hal lain, seperti konsep diri yang negatif, malas belajar, emosi yang meledak, menyontek, dan fatalnya mengakibatkan anak malas sekolah.
BACA JUGA: Seorang Nenek Dihukum Akibat Menebang Pohon, Alexandra Gottardo Ingin Lakukan Ini
Moms, setiap anak adalah pribadi yang unik, mereka punya kemampuan di bidangnya masing-masing.
Bisa jadi anak memiliki nilai yang kurang baik di pelajaran matematika, namun mungkin ia mempunyai nilai yang baik pada pelajaran seni.
Pahami Si Kecil lebih dalam, beri stimulasi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan anak.
Misalnya, jika ia kesulitan dalam mengemukakan pendapat, maka Moms bisa merangsangnya dengan sering mengajaknya berbicara, dan lain sebagainya.
Source | : | nakita |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR