Nakita.id - Seiring pertumbuhan usia anak, pergaulan anak akan semakin luas.
Dan sangat memungkinkan anak mengenal yang namanya penyimpangan seksual.
Bahkan bisa jadi orang yang mengalami penyimpangan seksual berada di salah satu lingkungan pertemanannya.
Lalu bagaimana kalau anak sendiri yang justru mendadak mengaku bahwa ia mengalami penyimpangan seksual?
Atau bagaimana kalau sebagai orangtua melihat ada keanehan di anak yang menjurus ke penyimpangan seksual.
Tentu saja sebagai orangtua jangan langsung marah tetapi juga jangan mengabaikannya.
Pasalnya orangtua akan cenderung merasa tidak mungkin saat mulai curiga dan membiarkannya dibandingkan membicarakannya dengan anak.
Untuk mengatasinya seorang psikolog Anindya Dewi Paramita, M. Psi., Psikolog dalam wawancara bersama Nakita.id menjelaskan bagaimana langkah tepat untuk orangtua saat melihat kecurigaan penyimpangan seksual di anak sendiri.
Kalau kondisinya Moms memiliki kecurigaan, maka cari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
"Datanya apa dari mana, jadi yang harus dilakukan adalah ngobrol dulu sama anaknya bicara dulu sama anaknya. Sebenarnya ada apa sih apakah dugaannya betul atau enggak," jelas Anindya Dewi Paramita atau yang akrab dipanggil Mita.
Kalau ternyata dugaan Moms betul bahwa ada kecenderungan anak mengalami penyimpangan seksual, mulailah untuk diskusikan lebih dalam.
"Sebenernya apa sih yang dia rasa, apa sih yang kemudian dia temukan dari orang yang dia suka rasanya gimana kalau ke lawan jenis gimana," jelas Mita.
Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti itu dibutuhkan untuk mendapatkan informasi seperti apa kondisi Si Kecil yang sebenarnya.
"Apakah ini bener-bener yang terjadi sama anaknya atau ini misalnya bentuk anaknya prsoes mencari jati dirinya apa ikut-ikutan atau gimana," jelas psikolog yang praktik di SAUH tersebut.
Terlebih kalau sampai anak mengakui bahwa memang benar ia mengalami penyimpangan seksual.
Saat anak mulai mengakui, Moms harus memberikan dukungan dan pendampingan bukan dimarahi.
"Upayakan bahwa orangtuanya tetap berikan dukungan yang dibutuhkan sama anaknya karena pasti sebenernya ketika anaknya mengakui itu atau menceritakan itu ke orangtuanya itu bukan hal yang mudah diceritakan," jelas Mita.
Pasalnya Mita menyinggung ketentuan hukum di Indonesia yang tidak melegalkan hubungan sesama jenis.
"Kita kan disini ada bagaimana negara bersikap dalam hal ini aturan yang disebutkan, di masing-masing agama sebenernya itu juga udah jadi panduan bagimana kita mengarahkan dan membekali anak-anak jadi bisa baik kesitu aja diskusinya," jelas Mita.
Tetapi membicarakan penyimpangan seksual bukan berarti Moms juga bisa kasih tuduhan ke anak laki-laki ketika Si Kecil kelihatan senang bermain riasan wajah, boneka, dan sebagainya.
Pasalnya aktivitas seperti itu justru bisa dikarenakan tindakan mencontoh anak kepada Moms atau kakaknya.
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR