BACA JUGA: Ayang Kahiyang Makin Terlihat Cantik, Menikah Membuat BB Turun 4 kg
Tak heran kalau Si Kecil akhirnya memunculkan penolakan terhadap nasi.
Wujudnya bisa macam-macam, seperti muntah setiap melihat atau makan nasi, menganggap nasi sebagai makanan tidak enak, menyebalkan dan harus dijauhi.
Dalam menanggapi sensory defensiveness harus mengenal anaknya dengan baik, orang tua juga harus bisa menggali akar permasalahan yang ada dalam diri anak kenapa sensory defensiveness-nya sampai dominan.
BACA JUGA: Unggah Foto Masa Kecil, Alis Ussy Sulistiawaty Cantik Natural
Menurut teori neurofisiologi dalam proses adaptasi, kutip Jan, sensory defensiveness timbul karena persepsi awal yang memang tidak ada, kemudian muncul reaksi negatif dari anak terhadap sesuatu.
Contohnya, "Kenapa sih kamu takut tidur sendiri?" - "Ada hantu." - "Percaya deh, hantu yang kamu takutkan itu tidak ada. Kalaupun ada, dia tidak berani pada anak yang rajin berdoa seperti kamu."
Bisa juga, "Kamu takut ya? Memangnya kamu pernah lihat hantu? Belum kan? Jadi buat apa kamu takut pada apa yang belum kamu lihat atau ketahui?"
BACA JUGA :Moms Lahir di Februari? Ternyata Punya Empati Tinggi, Ini Ulasannya
Source | : | nakita |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR