Jika si batita mulai mengeluarkan amarah (menangis berguling-guling, melempar mainan atau memukul), pahami sikap negatif ini sebagai perilaku yang normal.
Sangatlah manusiawi untuk memiliki amarah dan emosi, tapi perbedaannya ia belum bisa menahan luapan emosinya di setiap kesempatan.
Begitu si kecil memukul, menggigit, melempar barang, atau bertingkah tidak semestinya, tugas Moms adalah mengontrol dan membantunya mengekspresikan emosi dengan cara yang lebih aman.
BACA JUGA: BCL Unggah Foto Bersama Kedua Orangtuanya, Netizen Salah Fokus!
Ketika si kecil butuh pelampiasan emosi, ia akan memberikan sinyal dengan melakukan sesuatu yang ia tahu nantinya akan Moms hentikan, seperti menjambak rambut anak lain.
Tanggapi perilakunya ini dengan tenang dan berkata, ”Tidak! Kamu tidak boleh menarik rambut dia ya.” Lalu, bawa si kecil menjauh dari anak tersebut.
Moms juga bisa mengendalikan emosi si kecil dengan memberikan contoh.
Biasakan mengucapkan “terima kasih” dan “tolong” untuk mengajarkan etika pada si batita.
Tetapi, Moms tidak perlu memaksanya untuk mengatakan itu setiap saat.
Toh, ia mulai sadar bahwa orang lain juga menggunakannya dan menikmati reaksi senang para orang dewasa saat ia menggunakannya.
BACA JUGA: Dijamin Seisi Rumah Pasti Heboh dengan Pisang Aroma Cokelat Keju Buatan Kita
Penghargaan akan sikap baik ini sedikit demi sedikit akan mengimbangi dan memperbaiki sikap semau-maunya.
Kalau Moms mengharapkan si kecil mengatakan “terima kasih” dan “tolong” setiap saat, berilah ia contoh yang baik, maka si kecil pasti akan mengikutinya.
Jika diperhatikan, sebagian besar yang dipelajari anak didapat dari proses imitasi atau meniru.
Jadi, sangat masuk akal jika si kecil melakukan hal yang sama seperti yang Anda lakukan ketika berbicara tentang etika.
Nah, cara mengendalikan emosi si kecil ternyata tidak harus dengan tarik urat kan, Moms?
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR