Nakita.id – Cyberbullying semakin mengerikan, Moms dan Dads sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini bila ingin membuatkan anak media sosial.
Saat ini, tak sedikit orangtua yang membuatkan anaknya media sosial.
Alasannya pun beragam, mulai dari untuk mendokumentasikan tumbuh kembang anak hingga ingin menginspirasi warganet.
Padahal, sejumlah media sosial pun telah mengeluarkan aturan tersendiri, yakni menetapkan minimal usia penggunanya 13 tahun.
Hal ini tentu sangatlah berisiko.
Salah satu risikonya adalah terjadinya cyberbullying pada anak.
Akan tetapi, kalau memang sudah terlanjur membuatkan anak media sosial, alangkah baiknya Moms dan Dads memerhatikan beberapa hal berikut ini.
Dalam wawancara eksklusif dengan Nakita.id, Devi Sani Rezki, M.Psi, Psi, Psikolog Anak dan Remaja, Klinik Rainbow Castle dan RS Yarsi, menyebutkan, ada sejumlah hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari orangtua.
Pertama-tama, Devi menganjurkan para orangtua untuk melihat usia anak.
Ia menambahkan, selain prestasi Si Kecil, tak ada salahnya jika Moms dan Dads sesekali menginspirasi warganet dengan memperlihatkan kebaikan anak.
“Sesuaikan usianya. Lalu, jangan hanya menyebarkan prestasi akademis anak saja, tetapi kebaikan sikapnya juga perlu menjadi suatu hal yang kita highlight,” ungkap Devi saat dihubungi via telepon oleh Nakita.id, Jumat (9/4/2021).
Bukan tanpa alasan hal tersebut perlu dilakukan, sebab dengan begitu, anak nantinya akan berpikir bahwa orangtuanya mencintai dirinya apa adanya.
“Mengapa penting, karena jika sudah besar anak pasti akan melihat media sosial yang dibuatkan orangtua. Kira-kira apakah perasaan anak dalam melihat itu?” jelas Devi.
“Apakah ia akan merasa, ‘Aduh orangtuaku hanya cinta karena aku bagus akademisnya, ataukah anak jadi bisa berpikir orangtua cinta sama aku apa adanya’,” lanjutnya.
Berikutnya, orangtua tentu sebaiknya tidak menyebarluaskan informasi pribadi anak.
Hal itu bertujuan untuk melindungi anak dari berbagai risiko berbahaya, salah satunya penculikan.
“Lindungi informasi berharga seperti plat nomer, lokasi rumah dan sekolah, nama panjang, dan sebagainya,” ucap psikolog yang telah tersertifikasi ‘Certified Parent-Child Interaction Therapist’.
Terakhir dan yang paling penting, saat mengunggah foto, orangtua perlu berpikir jauh tentang bagaimana perasaan anak jika sudah besar nanti melihat hal tersebut.
“Saat mem-posting foto anak di media sosial, dalam pikiran orangtua itu harus ada pemahaman, ‘Ketika anak aku sudah besar nanti dan dia melihat orangtua mengunggah ini, apa yang ada di dalam pikirannya ya?’,” kata Devi dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id.
“Orangtua perlu berpikir panjang apakah anak akan semakin merasa positif atau justru malu,” pungkas Devi Sani Rezki, M.Psi, Psi, Psikolog Anak dan Remaja, Klinik Rainbow Castle dan RS Yarsi.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR