Nakita.id - Tenggelamnya KRI Nanggala-402 menjadi duka mendalam bagi masyarakat Tanah Air.
Sebanyak 53 ABK ikut tenggelam dalam kapal tersebut.
KRI Nanggala-402 dikabaran pertama kali hilang kontak pada Rabu (21/4/2021).
Kapal berusia 40 tahun tersebut hilang di perairan utara Pulau Bali.
Baca Juga: Moms, Alergi Susu Sapi Ternyata Berbeda dengan Intoleransi Laktosa
Setelah 72 jam pencarian, KRI Nanggala-402 tak jua ditemukan.
Batas pencariannya 72 jam dari hilang kontak, karena cadangan oksigen hanya bertahan selama 72 jam.
Oleh karenanya, pihak TNI menyatakan KRI Nanggala-402 sudah tenggelam.
Berbagai negara sudah membantu dalam proses pencarian kapa selam tersebut.
Lalu, mengapa KRI Nanggala-402 begitu sulit ditemukan?
Dikutip dari Kompas.com, KRI Nanggala-402 memang dirancang sulit untuk ditemukan.
Sebab, kapal tersebut merupakan kapal perang.
"Kapal selam dirancang agar sulit ditemukan, yang (menjadi) bermasalah ketika salah satu tenggelam atau jatuh," kata Bryan Clark, mantan perwira kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat.
Kapal selam dibangun agar dapat secara diam-diam menyusup ke perairan musuh.
Seperti KRI Nanggala-402, kapal selam digunakan untuk memantau pergerakan musuh, agar lebih dekat dengan wilayah pertahanan musuh, yang melibatkan aset angkatan laut musuh.
Kapal ini juga dibekali persenjataan lengkap.
Jadi ketika dalam poosisi dekat dengan musuh, kapal selam dapat menembaki target atau meluncurkan rudal.
KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam milik TNI AL.
Kapal ini merupakan kapal selam diesel-listrik buatan Jerman.
Karena usianya sudah 40 tahun lebih, kemungkinan tidk memiiki lapisan dan fitur siluman seperti kapal baru.
Dalam keadaan darurat, kapal selam bisa memancarkan sinyal yang mampu memudahkan pencarian.
Namun, tidak ada indikasi KRI Nanggala-402 mengeluarkan suara.
Clark, yang juga seorang ahli pertahanan di Institut Hudson, berspekulasi bahwa jika kapal mengeluarkan suara, kapal itu mungkin sudah ditemukan.
Tanpa ping yang menganggu atau suara bising lainnya, tim pencarian dan penyelamatan memiliki keterbatasan dalam menggunakan sonar aktif.
Hal ini akan menjadi kendala dalam mempersempit pemindaian dan memperpanjang waktu yang diperlukan untuk mencari di suatu area.
Source | : | Kompas.com,Business Insider |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR