TANYA:
Dokter Judi, istri saya (32) tengah hamil anak pertama usia 5 bulan. Dia sempat didiagnosis hidronefrosis ringan (stadium 2). Pemeriksaan hanya sebatas sampai USG abdomen karena demi keamanan janin. Dokter spesialis urologi hanya memberikan terapi antibiotik dan menyarankan untuk dicek lagi kondisinya setelah melahirkan. Keluhannya sempat mereda, tapi kemudian muncul lagi. Apakah istri saya perlu pemeriksaan lain yang lebih lengkap? Ada berapa stadium penyakit ini dan pilihan terapi apa saja yang aman untuk bumil? Saya sangat menantikan jawaban dokter.
Prih Wardhono – Semarang
JAWAB:
Hidronefrosis atau pelebaran saluran kemih dapat mengganggu kehamilan? Kita jelaskan penyebabnya dulu, hidronefrosis yang ada di ginjal dapat disebabkan oleh adanya kelainan pada ginjal atau saluran keluarnya (ureter). Kelainan yang sering dijumpai ialah adanya batu pada saluran keluar urine atau penekanan saluran ureter oleh rahim yang membesar. Penyebab lain, misal, adanya kista ovarium (indung telur) atau mioma uteri (tumor jinak dari otot rahim) yang cukup besar sehingga menekan saluran kemih.
Pemeriksaan USG aman dilakukan oleh dokter yang kompeten dalam pemeriksaan tersebut. Cara kerja USG memakai gelombang suara frekuensi tinggi, bukan sinar X atau sinar rontgen. Diagnosis hidronefrosis menjadi kompetensi dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis radiologi. Sebaiknya Ibu berkonsultasi kembali dengan dokter spesialis tersebut.
Agar hidronefrosisnya tidak bertambah parah, harus tahu apa penyebabnya. Sebaiknya Ibu tidur dalam posisi miring ke arah yang bukan ada hidronefrosisnya dan secara berkala memeriksakan kondisi kelainan tersebut. Bila penyebabnya akibat penekanan oleh rahim dan ada risiko gagal ginjal, perlu dipertimbangkan untuk melahirkan janin lebih awal (persalinan prematur).
Lakukan juga pemeriksaan air kemih secara berkala untuk deteksi perburukan keadaan (misal, jumlah sel darah merah, protein, atau bakteri dalam urine). Bila ditemukan banyak bakteri, harus dilakukan biakan kuman dan uji sensitivitas terhadap antibiotik.
Pemeriksaan kehamilan juga harus dilakukan lebih sering mengingat adanya risiko komplikasi yang semakin besar dengan bertambah tuanya usia kehamilan.
Dr. Judi Januadi Endjun, Sp.OG
Subbagian Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UPN Veteran/RSPAD Gatot Subroto
KOMENTAR