Nakita.id - Salah satu alasan kuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak ingin lagi menunda pembukaan sekolah tatap muka yaitu perihal mutu pembelajaran.
Pasalnya pembelajaran jarak jauh yang sudah berlangsung selama 1 tahun belakangan ini dianggap tidak ideal.
Bahkan banyak murid yang justru mengalami tekanan selama pembelajaran jarak jauh.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Jumeri, S.TP. M, Si dalam wawancaranya bersama Nakita.id menyebutkan bahwa mutu pendidikan Indonesia masih berada di bawah sehingga perlu ditingkatkan.
Dan ketika sekolah-sekolah di luar negeri sudah mulai sekolah tatap muka tetapi Indonesia tidak, maka ketertinggalan tersebut akan semakin jauh.
Menyadari adanya risiko ketertinggalan dari segi pendidikan, Kemendikbud akhirnya memutuskan membuka sekolah tatap muka.
Kemendikbud juga memiliki rencana untuk mengejar ketertinggalan mutu pembelajaran yang dialami Indonesia saat ini.
Meski menyadari adanya ketertinggalan mutu pembelajaran di Indonesia, Jumeri melarang guru membuat murid-murid belajar dengan keras.
"Dalam konteks covid ini kami menganjurkan membimbing kepada guru-guru meskipun kita sedang tertinggal atau ada risiko tertinggal tetap tidak boleh ketika siswanya masuk kemudian digenjot,"
"Kemudian dipacu dengan sangat kuat karena kita merasa kemarin itu banyak tertinggal terus dipacu, tidak boleh begitu," papar Jumeri.
Jumeri meminta guru-guru untuk memberikan pembelajaran secara bertahap dalam proses kenaikan mutu pembelajaran.
"Ini anak manusia. Jadi kita juga tetap harus melakukan pembelajaran secara bertahap," ungkapnya.
Jumeri kembali mengingatkan untuk tidak langsung memaksa murid belajar dengan keras di awal masuk sekolah tatap muka.
Jumeri justru lebih menyarankan guru membantu pemulihan kondisi psikologis murid.
"Pada tahap-tahap awal tidak langsung dipaksa untuk belajar keras tetapi justru memulihkan kondisi psikologis anak-anak kita," ungkapnya.
Pemulihan kondisi psikologis anak di awal masuk pembelajaran tatap muka berguna untuk meningkatkan minat belajar mereka lagi.
"Agar mereka kembali pada apa motivasi belajarnya, kemudian kesadaran belajarnya pulih kembali, kemudian kerjasamanya dengan teman-temannya pulih kembali," paparnya.
Dan Kemendikbud pun akan memonitor hasil pembelajaran murid usai sekolah tatap muka digelar.
"Kemudian nanti kita akan memberikan saran masukan kepada guru-guru kita, untuk bisa melakukan percepatan dalam peningkatan mutu," jelasnya.
Usai mendapatkan hasil belajar murid di Indonesia, Kemendikbud akan melakukan assessment nasional pada September 2021.
"Disitu kita bisa mengukur bagaimana kemampuan kognitif anak-anak kita. Keilmuannya seperti apa, kemudian karakternya seperti apa, juga lingkungan belajarnya apa yang terjadi," paparnya.
Dan hasil assessment nasional itu berguna untuk meningkatkan mutu pembelajaran murid Indonesia.
"Dan nanti hasil itu kita jadikan sebagai bahan untuk mengkasi untuk menjadikan intervensi bagi perbaikan mutu perbaikan kita," ujarnya.
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR