Secara psikologis, ia percaya bahwa kehadirannya memang diharapkan. Muncul perasaan dicintai. Ini penting karena akan menjadi modal dasar tumbuhnya basic trust dan perasaan aman (secure feeling) yang pada gilirannya nanti akan membuatnya tumbuh menjadi pribadi percaya diri.
Namun, negatifnya, kalau hal itu dilakukan terus-terusan tanpa aturan. Kapan pun ia menangis, semua akan mengulurkan tangan, ia akan "memanfaatkan" hal itu. Bagaimanapun saat digendong ia tidak perlu melakukan segala sesuatunya sendiri.
Bila dibiarkan terus-menerus, akhirnya si kecil tumbuh jadi anak manja dan malas. Hal ini tentu tidak dikehendaki oleh semua.
2. Tahu waktu yang tepat
Beberapa ahli mengatakan saat bayi masih berusia di bawah 6 bulan, sebenarnya orangtua masih boleh langsung menggendongnya ketika menangis.
Namun hal ini tidak berlaku bagi bayi-bayi di atas 6 bulan.
BACA JUGA : Wanita Berpaha Besar Berpeluang Tinggi Melahirkan Anak Cerdas
Supaya tidak menjadi kebiasaan, dengan melihat plus minus di atas, orangtua bisa mempertimbangkan kapan dan pada situasi seperti apa saja anak boleh digendong. Berikut panduannya:
- Saat bayi menangis, jangan langsung menggendongnya. Pastikan dulu apakah popoknya basah atau sesuatu terjadi pada tubuhnya. Bila tidak, cukup tenangkan di tempat tidur/boksnya.
- Kalau bayi sudah telanjur biasa digendong, awalnya pasti ia akan rewel dan terus menangis minta perhatian. Orangtua harus "tega", sebab pada saat itu sebenarnya bayi sedang berusaha "mengerti" bahwa kini tangisnya tak lagi ampuh sebagai "senjata" untuk membuat orangtuanya mengulurkan tangan menggendongnya.
- Meski tidak menggendongnya, bukan berarti orangtua tidak memedulikannya. Ajak bayi ngobrol atau becanda meski tidak mengangkatnya dari tempat tidur sampai tangisnya reda.
- Kalau bayi sudah agak besar, coba dudukkan dengan nyaman baru ajak ngobrol. Usap-usap tubuh, pipi atau rambutnya dengan lembut.
- Bisa juga alihkan perhatiannya dengan memberikan mainan yang disukainya. Bisa jadi bayi menangis karena tidak nyaman.
-Orangtua dan seluruh orang dewasa di rumah harus konsisten untuk melaksanakan komitmen ini. Dengan begitu bayi tidak "memanfaatkan" celah yang ada. Jangan salah, meski masih bayi, si kecil sangat cerdas membaca situasi yang ada di sekelilingnya. Sekali tidak konsisten, orangtua yang repot belakangan.
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR