Nakita.id - Banyak orangtua “takut” aklau bayinya sering digendong nanti bau tangan alias maunya selalu digendong.
Benarkah demikian? Simak tip menggendong bayi berikut ini supaya tidak terjadi.
BACA JUGA: Sambil Gendong Balita, Ibu ini Labrak Suami dan Selingkuhannya di Mal
1. Harus kompak dalam menggendong bayi
Terkadang saking gembiranya menyambut si kecil, ada hal-hal yang terlewat begitu saja.
Salah satunya adalah kesamaan pandangan tentang plus minus menggendong bayi. Ayah, ibu, kakek, nenek, jalan dengan aturan masing-masing.
Tiap kali bayi menangis, semua langsung bergegas menghampiri, kalau memang popoknya tidak basah, segera bayi digendong untuk ditenangkan.
Akibatnya bayi jadi belajar, kalau ia menangis, orang-orang tercinta akan segera datang dan menggendongnya.
Alhasil, ia akan terus menangis sebelum ada tangan yang meraih dan menenangkannya.
Buat bayi, digendong sangatlah nyaman. Ia merasakan hangatnya pelukan dan kasih sayang orangtua.
BACA JUGA : Ingat Ken Ken 'Wiro Sableng', Duh Begini Nasibnya Sekarang, Lihat Rumahnya
Banyak hal positif yang didapat dari aktivitas ini, di antaranya, saat berada dalam pelukan orangtua, ia akan belajar bernapas secara teratur dengan cara mengikuti detak jantung ibunya.
Secara psikologis, ia percaya bahwa kehadirannya memang diharapkan. Muncul perasaan dicintai. Ini penting karena akan menjadi modal dasar tumbuhnya basic trust dan perasaan aman (secure feeling) yang pada gilirannya nanti akan membuatnya tumbuh menjadi pribadi percaya diri.
Namun, negatifnya, kalau hal itu dilakukan terus-terusan tanpa aturan. Kapan pun ia menangis, semua akan mengulurkan tangan, ia akan "memanfaatkan" hal itu. Bagaimanapun saat digendong ia tidak perlu melakukan segala sesuatunya sendiri.
Bila dibiarkan terus-menerus, akhirnya si kecil tumbuh jadi anak manja dan malas. Hal ini tentu tidak dikehendaki oleh semua.
2. Tahu waktu yang tepat
Beberapa ahli mengatakan saat bayi masih berusia di bawah 6 bulan, sebenarnya orangtua masih boleh langsung menggendongnya ketika menangis.
Namun hal ini tidak berlaku bagi bayi-bayi di atas 6 bulan.
BACA JUGA : Wanita Berpaha Besar Berpeluang Tinggi Melahirkan Anak Cerdas
Supaya tidak menjadi kebiasaan, dengan melihat plus minus di atas, orangtua bisa mempertimbangkan kapan dan pada situasi seperti apa saja anak boleh digendong. Berikut panduannya:
- Saat bayi menangis, jangan langsung menggendongnya. Pastikan dulu apakah popoknya basah atau sesuatu terjadi pada tubuhnya. Bila tidak, cukup tenangkan di tempat tidur/boksnya.
- Kalau bayi sudah telanjur biasa digendong, awalnya pasti ia akan rewel dan terus menangis minta perhatian. Orangtua harus "tega", sebab pada saat itu sebenarnya bayi sedang berusaha "mengerti" bahwa kini tangisnya tak lagi ampuh sebagai "senjata" untuk membuat orangtuanya mengulurkan tangan menggendongnya.
- Meski tidak menggendongnya, bukan berarti orangtua tidak memedulikannya. Ajak bayi ngobrol atau becanda meski tidak mengangkatnya dari tempat tidur sampai tangisnya reda.
- Kalau bayi sudah agak besar, coba dudukkan dengan nyaman baru ajak ngobrol. Usap-usap tubuh, pipi atau rambutnya dengan lembut.
- Bisa juga alihkan perhatiannya dengan memberikan mainan yang disukainya. Bisa jadi bayi menangis karena tidak nyaman.
-Orangtua dan seluruh orang dewasa di rumah harus konsisten untuk melaksanakan komitmen ini. Dengan begitu bayi tidak "memanfaatkan" celah yang ada. Jangan salah, meski masih bayi, si kecil sangat cerdas membaca situasi yang ada di sekelilingnya. Sekali tidak konsisten, orangtua yang repot belakangan.
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR