Nakita.id - Berbicara mengenai kegiatan menggendong bayi baru lahir tentu tidak bisa sembarangan.
Baik Moms dan Dads wajib memiliki ilmu terlebih dahulu saat hendak menggendong bayi baru lahir.
Dengan adanya ilmu Moms juga paham posisi apa yang pas dan aman menggendong bayi baru lahir.
Sehingga bayi terhindar dari risiko cedera, dan juga merasa nyaman ketika berada di dalam gendongan.
Memperhatikan posisi menggendong bayi memang sangat penting dilakukan Moms, karena apabila posisinya salah akan berbahaya bagi kesehatan tulang pinggulnya.
Nah selain posisi, ada pula hal lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan ketika hendak menggendong bayi baru lahir.
Moms harus berhati-hati ketika memilih gendongan bayi.
Jangan asal beli saja! pastikan gendongan tersebut aman dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan.
Sebagian besar orang pula masih memanfaatkan gendongan tradisional seperti kain jarik. Kain jarik dianggap aman untuk menggendong bayi karena sudah turun temurun.
Hal tersebut lah yang membuat banyak orang bingung, sebenarnya lebih aman mana menggunakan gendongan tradisional atau modern?
Nah maka dari itu pada peliputan khusus yang dilakukan Nakita.id kali ini akan membahas tuntas mengenai hal tersebut.
Menurut Konsultan Menggendong bernama Indah Siauw, Certified Babywearing Consultant dari School of Babywearing UK mengungkapkan sebenarnya beberapa daerah di Indonesia memiliki gendongan tradisonal khas masing-masing.
"Gendongan tradisional berarti gendongan tersebut berasal dan sudah dipakai secara turun temurun di suatu negara atau daerah tertentu sejak berpuluh, beratus atau beribu tahun yang lalu. Umumnya gendongannya sangat sederhana. Misalnya kain jarik, bentuknya sangat sederhana yaitu berupa kain panjang dengan lebar kurang dari 1 meter dan panjang lebih dari 2 meter. Selain jarik, ada noken dari Papua yang bentuknya seperti tas dan di beberapa daerah lain juga memiliki gendongan tradisional khasnya masing-masing," ungkap Indah dalam wawancara mendalam bersama Nakita.id, Senin (31/05/2021).
Namun yang menjadi masalah penggunaan gendongan tradisional sering kali salah Moms.
Kebanyakan orang yang menggunakan kain jarik akan menggendong anaknya dengan posisi kaki yang lurus.
"Hanya saja untuk penggunaan jarik ini banyak dipengaruhi oleh mitos yang mengatakan bahwa bayi di bawah 6 bulan tidak boleh dipekeh (dibuka kakinya) nanti jalannya ngangkang. Sehingga tradisi menggendong dengan jarik biasanya kaki anak dipaksa lurus yang mana sebenarnya tidak bagus untuk kesehatan dan tumbuh kembang tulang pinggulnya," ungkap Indah.
Padahal menggendong dengan posisi tersebut sering kali membuat anak merasa tidak nyaman dan membuat beban Moms ketika menggendongnnya menjadi lebih berat.
"Menggendong dengan cara tradisional pun juga seringkali tidak terasa nyaman, terutama dalam menggunakan jarik, karena kain hanya diselipkan di salah satu bahu dan walaupun sudah menggunakan alat bantu, menggendong tetap terasa menjadi beban," tambahnya.
Namun, Moms wajib tahu! sebenarnya gendongan tradisional bisa dibuat lebih modern lo.
"Tentu gendongan tradisional juga bisa kita manfaatkan untuk menggendong dengan cara yang lebih modern. Dengan menambahkan sepasang ring misalnya atau belajar teknik simpul jangkar," saran Indah.
Sedangkan gendongan modern menurut Indah dinilai lebih aman dan nyaman ketika digunakan.
Baca Juga: Keseringan Menggendong Si Kecil Banyak Dipercaya Bikin Anak Jadi 'Bau Tangan', Benarkah?
"Sedangkan gendongan modern memiliki desain yang penggunanya bisa memasang dengan cepat, nyaman dipakai dan aman. Contohnya adalah jenis SSC (soft structured carrier) atau gendongan ransel. Gendongan ini sebenarnya adalah adaptasi dari gendongan tradisional Cina Bernama Mehdai, lho," kata Indah.
Akan tetapi Indah mengatakan, bahwa gendongan tradisional ataupun modern keduanya memiliki manfaat yang sama, namun tergantung cara penggunaannya sudah tepat atau belum.
"Baik gendongan tradisional dan modern memiliki fungsi dan manfaat yang sama. Hanya saja cara penggunannya, untuk yang modern cenderung lebih praktis walaupun ada juga yang ribet cara pakainya," tutup Indah.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR