Tabloid-nakita.com - Dokter yang baik, putri saya (3,6) mempunyai BB/TB 17,3 kg/103 cm. Dua hari lalu ia terserang batuk pilek. Anehnya tanpa ada gejala, jadi tiba-tiba bersin dengan ingus berwarna hijau. Setelah itu baru batuk. Saya memberikannya expectoran, lalu suaranya menjadi serak. Saat tidur rewel karena sepertinya sesak. Esok harinya saya bawa ke dokter. Saya sangat terkejut karena diagnosis dokter, paru-paru anak saya menciut/tersumbat sehingga mengi dan bisa dikatakan asma. Ia menuliskannya di buku periksanya yaitu influenza A dan memberinya obat. Minggu depan putri saya akan dites Mantoux.
Perlu Dokter ketahui, suami saya 2 tahun lalu terkena TB paru, kemudian berobat tapi hanya 2 bulan (terputus) karena keluar kota. Tahun ini baru kembali, namun BB suami meningkat pesat. Saya kembali periksakan ke spesialis paru dengan membandingkan hasil rontgen yang lama dan yang baru (Maret 2011). Dokter menyatakan tidak ada masalah. Selain itu memang tidak ada keluhan, hanya diberi resep obat untuk memperkuat sel paru.
Apakah putri saya harus tes Mantoux karena 2 tahun lalu saat tahu ayahnya positif TB langsung di-BCG ulang oleh dokter sehingga ia sudah 2 kali BCG. Saya takut hasilnya positif karena BCG ulang. Selama ini putri saya tidak bermasalah dengan nafsu makannya, BB-nya juga terus meningkat. Bagaimana memastikan suami tak lagi TB, apakah harus cek dahak lagi, rontgen ulang, atau perlu menjalani pengobatan 6 bulan, atau mungkin ada obat lain seperti obat injeksi? Saya takut anakdan saya terinfeksi, apalagi saat ini saya sedang merencanakan kehamilan kedua. Apakah benar 15% penderita TB dapat sembuh sendiri?
Sejauh mana antibiotik aman digunakan anak-anak? Karena setiap saya berobat ke dokter diberi antibiotik mengingat penyakit TB yang diderita suami. Sungguh saya bingung. Di sisi lain suami merasa sudah sembuh, sementara dokter anak saya selalu mendiagnosis penyakit anak dengan melihat TB suami. Terima Kasih
Rizliana Puspitasari – Jakarta
Ibu Rizliana yang baik,
Infeksi tuberkulosis (TB) paru pada anak didapat dari kontak erat dengan sumber penularan, yaitu penderita TB paru dewasa yang tidak diobati dengan baik. Penularan kuman TB didapat dari percik renik (droplet) dari batuk/bersin penderita dewasa yang masuk ke dalam saluran napas anak. Sedangkan gejala klinis TB pada anak tidaklah spesifik, artinya gejala yang dialami bisa menyerupai gejala akibat penyakit lain, seperti infeksi saluran kemih, penyakit tifoid, dan sebagainya.
Gejala yang sering didapati pada seorang anak yang menderita TB adalah demam berulang, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sering kali menderita sakit-sakitan, batuk kronik (lebih dari 2 minggu), anak kurang aktif/lesu, dan sebagainya.
Pada penderita dewasa yang perlu diperiksakan selain fisiknya juga pemeriksaan rontgen paru dan dahaknya. Sedangkan pada anak yang paling penting adalah uji tuberkulin yaitu dengan cara Mantoux, untuk menentukan apakah ada bukti infeksi TB di dalam tubuhnya, karena untuk melakukan pemeriksaan dahak pada anak amat sulit, sehingga pembuktian infeksinya adalah melalui uji tuberkulin tersebut. Penegakan diagnosis berdasarkan evaluasi hasil pemeriksaan riwayat perjalanan penyakitnya, pemeriksaan fisisnya, rontgen paru, dan yang paling penting adalah hasil uji Mantoux-nya.
Untuk kasus si kecil, yang paling baik adalah dengan membawa ayah, termasuk Ibu untuk diperiksa agar dapat dievaluasi/klarifikasi, apakah ayah/ibu menderita TB. Bila ya, maka harus mendapatkan terapi yang benar. Begitu pula si kecil harus dievaluasi apakah ia juga menderita TB. Sebaiknya Ibu sekeluarga segera memeriksakan diri ke dokter terdekat.
Dr. Rifan Fauzie, Sp.A.
RS. Syarif Hidayatullah
Ciputat, Tangerang, Banten
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR