Nakita.id - Sebagai orangtua terkadang memiliki harapan dan impian yang terbaik untuk sang buah hati.
Terkadang harapan tersebut berubah menjadi obsesi semata.
Anak seakan harus terus mengikuti hal apapun yang orangtua mau.
Pola asuh disiplin tingkat tinggi dan obsesif ini dikenal dengan istilah tiger mom.
Melansir dari Kompas.com istilah tiger mom berasal dari China.
Pola asuh ini menekankan aturan dan disiplin tinggi pada anak untuk selalu belajar, membaca, dan berlatih.
Tujuannya, tentu saja supaya anak mendapatkan prestasi yang cemerlang.
Orangtua yang menerapkan pola asuh tiger mom pada sang anak harus berhati-hati.
Sebab anak yang dibesarkan dengan disiplin tinggi bisa tumbuh sebagai anak pembohong.
Agar hal tersebut tidak akan terjadi, Moms harus mengetahui tanda-tanda orangtua yang menerapkan pola asuh ini.
Dilansir melalui Kompas.com terdapat 16 tanda orangtua berlaku terlalu keras terhadap anak:
Baca Juga: Dampak Jangka Panjang yang Buruk Jika Orangtua Terlalu Overprotektif
1. Ada banyak aturan
Coba ingat-ingat, ada berapa banyak aturan yang Anda terapkan pada anak?
"Banyak aturan merupakan pertanda bahwa orangtua terlalu ketat terhadap anak. Punya aturan adalah hal yang baik, tetapi jika terlalu banyak aturan dan memaksakan segalanya, bukan hal yang baik. Lebih baik buat beberapa aturan dasar lakukan dan tanamkan secara konsisten," jelas Nancy Darling, PhD, profesor psikologi di Oberlin College.
2. Ancaman berlebihan
Mengatakan bahwa "Nanti Mama bakar semua mainan kamu" atau, "Mau Mama usir dari rumah?" tak akan berhasil karena jika si anak bilang, "Ya!" yang bisa orangtua lakukan hanya mundur dan menurunkan ancaman.
Jika orangtua melakukan ancaman-ancaman yang kosong seperti itu, artinya mengajarkan anak bertingkah nakal.
Saat orangtua tidak bisa mundur, dan tahu bahwa telah melakukan kesalahan, itu adalah sebuah masalah, karena anak tak akan percaya lagi apa pun yang orangtuanya katakan.
3. Aturan-aturan Moms melebihi batasan orangtua
"Orangtua bisa dan seharusnya menetapkan aturan mengenai bagaimana Si Kecil berlaku di sekolah, menghadapi orang lain, dan seputar menjaga keamanan Si Kecil.
Aturan mengenai keamanan dan moral adalah hal yang boleh dilakukan, tetapi peraturan mengenai masalah personal (pilihan alat musik yang ingin dimainkan), bukan hal yang tepat untuk diurusi orangtua," jelas Darling.
Tak selalu baku, karena Si Kecil dan orangtua tak selalu sepaham mengenai isu apa yang pribadi dan apa yang menyangkut keamanan atau moral.
"Kadang, apa yang diungkap orangtua adalah tentang keamanan atau moralitas, sementara menurut anak itu adalah masalah personal.
Contohnya, lirik musik yang mengandung kata-kata kekerasan dan sikap buruk bisa membuat orangtua berpikir hal itu bisa jadi pengaruh buruk untuk anak, sementara anak remaja menilai itu adalah masalah selera pribadi."
Baca Juga: Terlalu Protektif Bikin Tumbuh Kembang Bayi Terhambat
4. Cinta yang tak terbatas (lewat ucapan)
Jika Moms mengatakan "Mama sayang kamu, tetapi mama ingin kamu bertingkah laku....." atau "Mama tahu kamu pasti bisa lebih baik," adalah kata-kata motivasi yang lebih baik ketimbang, "Kamu itu sampah kalau enggak bisa duduk dengan rapi!" karena hasilnya akan menyakiti diri Si Kecil.
5. Kata-kata yang tidak diperhatikan
Bukan hanya cara mengatakannya, tetapi apa yang dikatakan juga penting.
Meski sudah menyiapkan nada sehalus apa pun, isi kata-kata juga punya pengaruh besar.
Perhatikan apa yang diucapkan, jangan sampai menyakiti atau membuat Si Kecil berkecil hati.
6. Tidak punya waktu
Saat meminta anak untuk melakukan suatu hal yang sulit, cobalah bekerja bersama mereka ketimbang memerintah mereka.
"Pengasuhan orangtua yang baik adalah dengan memberikan waktu kepada anak," jelas Darling.
7. Anda selalu menjadi "polisi", "monitor", atau "alarm pengingat"
"Setiap hari, tugas Moms dan juga Dads seperti alarm pengingat, dan hal itu menjadi satu-satunya komunikasi dengan anak, bisa jadi Moms adalah salah satu 'tiger mom', orangtua yang terlalu ketat dengan peraturan sendiri," ujar Ron Taffel, PhD, psikolog New York dan penulis Childhood Unbound, seperti dikutip dari WebMD.
8. Tak diperhitungkan oleh Si Kecil
Jika hubungan dengan Si Kecil terasa makin jauh, ia tak lagi mau berbicara dengan Moms atau Dads, bahkan untuk masalah-masalah genting, bisa jadi pertanda Moms terlalu tegang kepadanya.
"Anda bisa memenangkan pertandingan, tetapi kalah dalam peperangannya. Anda berhasil membuat si anak melakukan peraturan anda, tetapi mereka jadi takut kepada anda, mereka tak berani berkomunikasi dengan anda," terang Taffel.
9. Anak tak mau ajak teman ke rumah
"Anak mau aturan, dan semua anak akan tertarik terhadap aturan di rumah, tetapi jika Moms menghabiskan waktu mengingatkan anak mengenai peraturan, mengkritik anak di depan anak lain, dan menanyakan terlalu banyak pertanyaan ingin tahu, anak Anda akan mulai berhenti mengajak teman ke rumah. Itu artinya Anda adalah orangtua yang terlalu ketat. Jika ada teman anak yang minta bermain lagi di rumah Anda, dan berani berkomunikasi dengan Anda, berarti rumah Anda sangat menyenangkan," jelas Taffel.
Baca Juga: Anak Balita Memang Cenderung Egois, Begini Cara Mengajarkan Anak Kebiasaan Berbagi
10. Si anak terlihat, tetapi tidak terdengar
Di abad 21 ini, anak-anak sudah terbiasa dengan jaringan sosial, dari BlackBerry Messenger, Twitter, Facebook, dan lainnya, ini bukti bahwa anak senang didengarkan.
Orangtua yang terlalu ketat tak akan membiarkan anaknya mengutarakan pendapatnya.
Moms tak perlu selalu setuju dengan pendapatnya, tetapi biarkan si anak mengutarakan isi pikirannya.
11. Selalu bekerja, belajar, melakukan tugas, tak pernah main
Anak-anak butuh waktu bersantai dan bersenang-senang untuk menyerap apa pun yang mereka pelajari.
Jika mereka berisi kemampuan, pengetahuan, dan informasi yang mereka tak bisa gunakan sehari-hari, dan hanya belajar karena mereka disuruh belajar, otak mereka akan berakhir seperti spons yang menyerap pengetahuan tetapi tidak bisa mencernanya.
12. Satu-satunya
Cari tahu apa yang dilakukan orangtua lain.
Saat tak ada orangtua lain yang melakukan peraturan sama dengan Moms, misal, tidak memberikan akses internet kepada anak, seperti yang Moms lakukan, bisa jadi Moms dan juga Dads terlalu ketat pada Si Kecil.
13. Semua dilarang
Disarankan agar tidak mendorong sesuatu, tetapi juga tidak melarang.
Misal, "Mama lebih baik kamu tidak melakukan hal ini karena alasan tertentu, tetapi kalau kamu tetap lakukan, Mama akan lebih sering mengawasi kamu karena kekhawatiran Mama tadi."
14. Jika aturan adalah aturan, tak boleh bertanya
Moms dan juga Dads harus punya aturan jelas, konsisten, untuk menciptakan semacam perkiraan, ekspektasi, tetapi juga ada ruang untuk situasi tertentu yang bisa saja merusak aturan tersebut.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah Menerapkan Pola Asuh Pada Anak! Kenali Jenis-Jenisnya Moms
15. Otoriter, bukan otoritatif
Ada perbedaan dari hal tersebut.
Orangtua yang otoritatif mempersiapkan ekspektasi yang jelas dan bisa sangat keras terhadap anak-anaknya, tetapi mereka juga punya kehangatan dan memikirkan hal terbaik untuk anak.
Sementara orangtua yang otoriter mengatakan, "Cara saya atau kamu pergi!" Orangtua yang otoriter sangat suka mengontrol dan tidak hangat.
Orangtua yang otoritatif tahu bagaimana mengontrol anak sesuai umurnya.
16. Sedingin es
"Tak ada yang peduli jika orangtua sangat tegas asalkan mereka hangat. Yang menjadi masalah adalah ketika orangtua itu tegas sekaligus dingin," jelas Short.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR