Nakita.id - Indonesia kembali mengalami masa-masa buruk dalam melawan pandemi virus corona atau Covid-19.
Di saat sedang gencar distribusi vaksin dilakukan, kasus Covis-19 nyatanya kembali mengalami ledakan.
Menurut data Covid19.go.id, terjadi kenaikan kasus positif virus corona sebanyak 9.994 kasus dalam 24 jam.
Terhitung Kamis (17/6/2021) kasus keseluruhan virus corona di Tanah Air mencapai angka 1.937.652.
Sementara data menunjukkan pasien sembuh mencapai 1.763.870 dengan jumlah 53.476 orang meninggal dunia.
Seperti sudah diwartakan sebelumnya, kenaikan kasus virus corona di Indonesia ini disinyalir karena masuknya tiga varian virus baru.
Ketiga varian tersebut adalah B. 117 dari Inggris, B. 1351 dari Afrika Selatan dan B. 1617.2 dari India.
Melansir dari Tribunnews.com, pakar epidemiologi membagikan pandangannya mengenai ledakan kasus virus corona ini.
Yakni masyarakat diminta menghentikan aktivitas untuk sementara waktu guna menekan angka penularan virus corona.
Ahli Epidemiolog,i Masdalina Pane menyarankan agar masyarakat menghentikan sementara aktivitas yang tidak perlu.
Ini karena selama 10 hari terakhir lonjakan pasien Covid-19 memiliki tingkat mutasi lebih tinggi.
"Virus covid yang berkembang saat ini merupakan varian Delta 1617.2 yang berasal dari India."
"Jenis ini memiliki mutasi atau penyebaran yang lebih cepat walaupun virulensi atau keganasannya relatif lebih rendah," ungkap Maslina Pane.
Ia menegaskan bahwa jumlah varian inilah yang menyebabkan empat provinsi di Pulau Jawa kembali masuk zona merah.
Sementara itu, untuk wilayah Bali, tidak terjadi lonjakan, namun berdasarkan temuan terakhir pada orang meninggal akibat Covid, ternyata diakibatkan varian B.1.351 asal Afrika Selatan.
"Bedanya, yang varian dari Afrika Selatan itu virulensi atau keganasannya tinggi, namun tidak menyebar cepat. Jadi sekali orang terkena varian Afrika dalam waktu 3 hari bisa langsung meninggal," tambahnya.
Daerah Pulau Jawa kini menjadi episentrum penyebaran virus corona seperti wilayah Kudus, Bandung dan Jakarta.
Meski tidak semua daerah dalam satu provinsi mengalami lonjakan, tapi Masda meningatkan sejumlah wilayah mengalami lonjakan kasus mencapai 400 persen.
"Lonjakan ini harus disebut kebobolan karena banyak orang masuk ke Indonesia dari luar negeri dengan ketentuan karantina hanya 5 hari. Padahal, seharusnya 14 hari berdasarkan ketentuan masa optimum inkubasi dan ini menjadi standar organisasi kesehatan dunia (WHO)," jelas Masda.
Ia kemudian meminta agar pemerintah membatasi mobilisasi apalagi menjelang Hari Raya Idul Adha bulan depan.
"Maka, dalam situasi ini sebaiknya tidak boleh ada mobilitas lanjutan, terlebih di bulan depan umat Islam akan merayakan lebaran Idul Adha. Sebaiknya dilakukan pengetatan kembali untuk mencegah lonjakan lebih besar," terangnya.
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR