Tujuannya untuk memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.
Metode inactivated virus adalah teknologi yang biasa dipakai dalam pengembangan vaksin, termasuk dalam pengembangan vaksin polio dan flu.
Vaksin Sinovac ini juga telah mengantongi izin EUA dari WHO. Menurut WHO, hasil data yang ditinjau menunjukkan vaksin berbasis inactivated virus tersebut dapat mencegah penyakit bergejala pada 51 persen dari mereka yang telah menerima vaksinasi.
Selain itu, data juga menunjukkan vaksin ini melindungi infeksi parah dari Covid-19 yang menyebabkan rawat inap pada 100 persen populasi yang diteliti.
Para ahli Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) mengungkapkan sebelumnya, bahwa efikasi vaksin dalam uji klinis fase 3 multi-negara berkisar antara 51-84 persen.
Baca Juga: Cek Fakta, Apakah Benar Vaksin Covid-19 Mengandung Magnet?
Meski demikian, belum ada data yang menunjukkan vaksin Sinovac efektif memberi perlindungan terhadap varian delta.
Namun, ahli biologi molekular, Ahmad Utomo mengatakan, berdasarkan data dari India, mereka juga menggunakan vaksin yang memiliki teknologi yang sama seperti sinovac, yaitu inactivated vaccine.
"Masih bisa dikendalikan (dengan inactivated vaccine)," ujar Ahmad dalam podcast Kata Pak Ahmad.
Namun perlu Moms ingat, 2 vaksin Covid-19 ini bisa menghalau virus corona varian apapun jika sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 2 dosis penuh.
Ilmuwan Prancis Jean-François Delfraissy mengatakan, menciptakan blok orang yang divaksinasi akan membantu menjaga varian Delta, agar tidak menyebar ke seluruh populasi.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com,The Independent,Al Jazeera,Fiercepharma |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR