Nakita.id - Baru-baru ini Indonesia dibuat resah karena baru saja mendapat kabar masuknya virus corona varian delta.
Virus corona varian delta sendiri menjadi perhatian khusus satu dunia, karena hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa virus corona varian delta lebih menular dibanding varian Covid-19 lainnya.
Selain itu, virus corona varian delta dikabarkan lebih cepat menyebar dibanding varian lainnya.
Ini tentunya menjadi perhatian bersama karena semakin banyak masyarakat yang abai akan virus corona akan semakin banyak orang yang terpapar virus corona.
Apalagi setelah ditelaah lebih lanjut, orang-orang yang sedang dirawat di rumah sakit akibat terpapar virus corona adalah orang-orang yang belum pernah melakukan vaksin Covid-19.
Vaksin Covid-19 sendiri diciptakan untuk melawan virus corona baik di luar tubuh maupun di dalam tubuh.
Ini semacam antibodi agar tubuh tidak terpapar virus corona. Bila terpapar, Moms tidak akan mengalami gejala berat seperti yang sudah diwartakan sebelumnya.
Lalu, apakah virus corona varian delta bisa dicegah dengan melakukan vaksin Covid-19?
Jawabannya, sangat bisa. Meski virus corona varian delta masuk setelah sudah ada vaksin Covid-19, Moms dan satu Indonesia tetap mendapatkan antibodi untuk melawan virus corona varian apapun, termasuk varian delta ini.
Di Indonesia sendiri baru mendistribusikan 2 varian vaksin Covid-19, yaitu Sinovac dan AstraZeneca.
Keduanya ini juga ampuh melawan virus corona varian delta.
Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca menggunakan vektor virus simpanse yang kekurangan replikasi, berdasarkan versi virus flu biasa (adenovirus) yang dilemahkan, yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik protein lonjakan virus SARS-CoV-2.
Setelah vaksinasi, protein lonjakan permukaan diproduksi, sehingga memicu sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika kemudian menginfeksi tubuh.
Data terbaru dari Public Health England (PHE) yang diterbitkan sebagai pra-cetak, menyebut vaksin AstraZeneca menawarkan perlindungan tingkat tinggi dari varian delta, efikasinya mencapai hingga 92 persen.
Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca dapat mencegah risiko rawat inap karena varian Delta hingga 92 persen.
Dan bahkan, tidak ada kematian di antara mereka yang divaksinasi. Sementara efektivitas vaksin terhadap infeksi Covid-19 varian delta yang bergejala adalah 64 persen.
Hal itu berdasarkan analisis yang mencakup 14.019 kasus varian Delta, di mana 166 di antaranya dirawat di rumah sakit antara 12 April hingga 4 Juni di Inggris.
Bukti nyata terhadap varian Delta ini didasarkan pada tindak lanjut terbatas, setelah dosis kedua yang dapat memengaruhi perkiraan efektivitas.
Mene Pangalos, Executive Vice President, BioPharmaceuticals R&D mengatakan, bukti nyata ini menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap varian Delta, yang saat ini menjadi varian yang menjadi perhatian karena penularannya yang cepat.
Vaksin Sinovac
Vaksin Covid-19 Sinovac buatan perusahaan bioteknologi asal China, dikembangkan dengan teknologi inactivated virus atau virus utuh dari SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, yang sudah dimatikan.
Tujuannya untuk memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.
Metode inactivated virus adalah teknologi yang biasa dipakai dalam pengembangan vaksin, termasuk dalam pengembangan vaksin polio dan flu.
Vaksin Sinovac ini juga telah mengantongi izin EUA dari WHO. Menurut WHO, hasil data yang ditinjau menunjukkan vaksin berbasis inactivated virus tersebut dapat mencegah penyakit bergejala pada 51 persen dari mereka yang telah menerima vaksinasi.
Selain itu, data juga menunjukkan vaksin ini melindungi infeksi parah dari Covid-19 yang menyebabkan rawat inap pada 100 persen populasi yang diteliti.
Para ahli Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) mengungkapkan sebelumnya, bahwa efikasi vaksin dalam uji klinis fase 3 multi-negara berkisar antara 51-84 persen.
Baca Juga: Cek Fakta, Apakah Benar Vaksin Covid-19 Mengandung Magnet?
Meski demikian, belum ada data yang menunjukkan vaksin Sinovac efektif memberi perlindungan terhadap varian delta.
Namun, ahli biologi molekular, Ahmad Utomo mengatakan, berdasarkan data dari India, mereka juga menggunakan vaksin yang memiliki teknologi yang sama seperti sinovac, yaitu inactivated vaccine.
"Masih bisa dikendalikan (dengan inactivated vaccine)," ujar Ahmad dalam podcast Kata Pak Ahmad.
Namun perlu Moms ingat, 2 vaksin Covid-19 ini bisa menghalau virus corona varian apapun jika sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 2 dosis penuh.
Ilmuwan Prancis Jean-François Delfraissy mengatakan, menciptakan blok orang yang divaksinasi akan membantu menjaga varian Delta, agar tidak menyebar ke seluruh populasi.
Sebuah penelitian di AS dari 10 Juni juga menunjukkan, pentingnya vaksinasi untuk menjaga daftar varian agar tidak bertambah.
"Meningkatkan proporsi populasi yang diimunisasi dengan vaksin resmi yang aman dan efektif saat ini tetap menjadi strategi utama untuk meminimalkan munculnya varian baru dan mengakhiri pandemi Covid-19," kata François Delfraissy.
Antoine Flahault, kepala Institut Kesehatan Global Universitas Jenewa, turut menegaskan, pentingnya menjaga jarak sosial, berbagi informasi infeksi, dan mematuhi pembatasan untuk menjaga perputaran virus corona tetap rendah.
Ia mengingatkan, semakin banyak virus beredar, semakin banyak peluang yang dimiliki virus corona untuk bermutasi dan menghasilkan varian baru.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Efektivitas Vaksin Covid-19 Melawan Virus Corona Varian Delta")
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com,The Independent,Al Jazeera,Fiercepharma |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR