Peneliti mengungkapkan, pasien yang merasa anosmia memiliki gejala ringan dan mungkin memiliki antibodi tertentu dengan kadar yang lebih tinggi, sehingga membatasi penyebaran Covid-19 di hidung.
Dr. Jonathan Overdevest, seorang asisten profesor rinologi dan bean dasar tengkorak di Universitas Columbia menyadari hal ini sulit dipahami.
"Kita tahu bahwa kehilangan penciuman karena Covid-19 lebih dari mekanisme sederhana yangterjadi pada infeksi saluran pernapasan musiman, di mana gejala umum hidung tersumbat dan pilek mengakibatkan aliran udara yang buruk dan berkurangnya pengiriman bau ke daerah hidung yang bertanggung jawab pada bau," tutur Overdevest mengutip dari Healtline.
Studi yang terbit Januari ini menganalisis data yang dilaporkan 2.581 pasien Covid-19 di 18 rumah sakit Eropa.
Rata-rata, hilangnya penciuman berlangsung sekitar 22 hari.
Pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat yang mengalami anosmia sekitar 37 persen.
Sementara pasien yang sembuh dari Covid-19 berat hingga kritis melaporkan kehilangan penciuman paling sedikit, hanya 6,9 persen.
"Kejelasan asosiasi ini dibatasi oleh sejumlah faktor perancu. Namun, batasan utama untuk menarik kesimpulan ini adalah bias dan statistik," katanya.
"Di mana banyaknya kasus Covid-19 yang lebih ringan dibandingkan dengan kasus yang parah memberikan populasi individu yang lebih luas untuk mengalami perubahan bau," jelas Overdevest.
Arti Doa Allahumma Inna Nas Aluka Salamatan Fiddin, Doa Selamat Dunia dan Akhirat
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR