Nakita.id - Indonesia menjelma menjadi episentrum baru dari virus corona atau Covid-19 yang masih menjadi momok menakutkan.
Segala upaya dilakukan mulai dari pembatasan mobilitas hingga vaksinasi massal untuk rakyat Indonesia.
Tujuannya tidak lain untuk menekan angka infeksi virus corona serta menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap Covid-19.
Herd immunity adalah suatu bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular.
Ini terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap infeksi.
Namun sayang, masih ada kendala bagi Indonesia untuk mencapai herd immunity tersebut.
Diketahui, cukup banyak kelompok dewasa muda yang meragukan vaksinasi.
Hal ini tentunya bisa menghambat terciptanya kekebalan kelompok untuk mengatasi pandemi virus corona.
Melansir dari Kompas.com, untuk mencapai herd immunity dibutuhkan minimal 80 persen populasi untuk divaksin.
Sebuah studi UC San Francisco menemukan bahwa sekitar satu dari empat orang berusia 18-25 tahun mengatakan tidak mau mendapatkan vaksin.
Ini tentu saja membahayakan kesehatan orang dewasa, terutama di usia lanjut yang tidak dapat divaksin karena alasan kesehatan.
Baca Juga: Ternyata Penyintas Covid-19 Tidak Perlu Tunggu 3 Bulan Untuk Dapatkan Vaksin, Ahli Ungkap Alasannya
Selain itu, semakin banyak orang yang tidak divaksin bisa memicu munculnya varian baru yang lebih mematikan.
Di Indonesia sendiri, ahli epidemiologi, dr Windhu Purnomo dari Universitas Airlangga mengaku pesimis terhadap kekebalan kelompok di Tanah Air.
Ia menjelaskan Indonesia masih jauh untuk mencapai herd immunity.
Dikatakan kalau Indonesia masih menghadapi tantangan besar.
Pertama soal ketersediaan vaksin, dan kedua adalah varian virus corona yang terus berkembang.
"Untuk mencapai herd immunity, kita harus dapat vaksin (Covid-19) dengan jumlah minimal 378 juta dosis atau 400 juta dosis," ungkap Windhu seperti dikutip Kompas.com.
Ia menyinggung tentang 10 juta dosis vaksin Sinovac yang tiba di Indonesia yang disebut hanya bisa digunakan 8.5 juta dosis.
"85 persen yang akan betul-betul bisa disuntikkan. Ada yang akan hilang sekitar 10-15 persen," imbuh dia.
"Kalau kita mau mencapai herd immunity, itu masih lama," kata Windhu menekankan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR