Nakita.id - Labelling pada anak sangatlah tidak disarankan dalam tumbuh dan kembang Si Kecil.
Pasalnya orangtua tanpa sadar kerap memberikan label-label tertentu saat anak melakukan sesuatu hal.
Label ini bisa dalam bentuk negatif ataupun positif seperti 'bebal', 'pintar', 'nakal', 'cengeng', 'rajin', dan sebagainya.
Padahal baik negatif atau positif, labelling tidak dibenarkan loh Moms dalam tumbuh kembangnya.
Perlu diketahui bahwa labelling yang diberikan oleh orangtua baik secara sadar ataupun tidak bisa membekas hingga ia dewasa.
Pasalnya ada trik tersendiri untuk menegur dan memuji anak agar tidak menjadi labelling.
Dengan begitu penting untuk orangtua mengetahui cara menghindari labelling pada anak yang dibagikan oleh seorang psikolog Gisella Tani Pratiwi, M.Psi, Psikolog dalam wawancaranya bersama Nakita.id.
1. Menyadari pola dalam diri selama ini
Sebelum menerapkan pada anak, Gisella atau yang akrab dipanggil Ella meminta Moms dan Dads untuk menyadari pola yang ada di dalam diri selama ini.
Coba renungkan bagaimana pola pikir dan pola respons Moms selama ini pada anak dan lingkungan sekitar.
"Apakah kita cenderung mudah men-judge atau menghakimi sesuatu atau seseorang dan apakah kita cenderung berpikir negatif atau sebaliknya?" ucap Ella.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Berhenti Labelling Si Kecil 'Ansos', Ini Cara Mengajarkannya Bersosialisasi
2. Deskripsikan apa yang anak lakukan
Daripada langsung menyebut anak baik, jelek, pintar, dan sebagainya, maka akan lebih baik untuk Moms mendeskripsikan saja apa yang dilakukan oleh anak.
"Cobalah untuk mendeskripsikan terlebih dulu sebuah perilaku dan hal apa yang membuat kita tidak menginginkan perilaku tersebut," jelas psikolog yang praktik di Psycoach Human Integra.
Contohnya ketika Moms melihat anak lari-larian di dalam rumah dan ada banyak barang pecah belah di sekitarnya.
"Cegahlah diri kita untuk langsung bilang 'aduh jangan gitu bandel banget sih kamu kok enggak bisa diam sih' tapi kita coba untuk di dalam diri kita dulu kita lihat dulu apa perilakunya dia," jelas Ella.
Dalam kondisi tersebut artinya Moms sedang cemas karena anak lari-larian dan dampaknya khawatir barang pecah belah jatuh dan pecah.
"Sehingga kita bisa bilang 'nak jangan lari-lari' atau bisa bilang 'stop lari-lari nanti barangnya pecah' jadi cobalah untuk mengganti label itu dengan deskripsi perilakunya," jelas Ella.
Jadi Moms bisa sampaikan dengan jelas apa yang tidak diinginkan dan konsekuensinya kalau hal buruk tersebut tetap dilakukan.
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR