Tak hanya menyalahkan korban karena tak melakukan antisipasi terhadap kejadian yang dialaminya, meragukan kesaksian korban juga sama saja.
Menurut Dr. Pamela Denison, Psikolog klinis di Centerstone Trauma Services, Amerika Serikat, menyatakan keraguan terhadap kesaksian korban juga berdampak sama pada psikologisnya.
Fenomena victim blaming memang banyak terjadi di media sosial.
Sehingga selama ini, media sosial sering disebut sebagai tempat terjadinya perundungan terhadap korban pelecehan seksual.
Menurut stoprelationshipabuse.org, ada beberapa cara untuk menghindari victim blaming, di antaranya:
1. Sampaikan simpati dengan cara yang tidak menyakiti hati korban.
2. Katakan bahwa kita percaya pada kesaksian korban.
3. Tanyakan kepada korban, apa yang ia butuhkan sekarang. Berikan akses agar ia bisa mendapatkan kebutuhannya, seperti pemulihan trauma, dan lain-lain.
4. Beri tahu korban bahwa kejadian tersebut bukanlah salahnya.
5. Jika ada orang lain yang melakukan victim blaming, tegurlah.
Dengan melakukan hal di atas paling tidak bisa membantu mempercepat proses penanganan terhadap trauma korban.
Hal yang paling penting saat mendengar kesaksian dari korban bukanlah apa ganjaran yang harus didapat si pelaku.
Sebab, selama ini di media sosial orang terlalu fokus pada siapa dan apa yang harus dilakukan terhadap pelaku, dibandingkan kebutuhan utama yang diinginkan korban.
Maka dari itu, berikan simpati terhadap korban terlebih dahulu adalah yang perlu dilakukan pertama kali.
Membantu korban untuk mendapatkan akses pemulihan trauma adalah yang paling penting.
KOMENTAR