Dwikorita menyebutkan, pernah terjadi longsoran jejak tanah ke laut di Negeri Tehoru, Maluku Tengah dan bahkan warga setempat telah menghitung kedalaman laut dari batas bibir pantai.
"Jarak 3 meter dari bibir pantai, kedalaman laut sudah mencapai 23 meter," papar Dwikoria.
Pihaknya menjelaskan, sejauh ini belum ada negara yang mampu mendeteksi tsunami non-tektonik secara cepat, tepat dan akurat.
Sistem peringatan dini yang dibangun negara-negara di dunia merupakan sistem peringatan dini tsunami akibat goncangan gempa bumi dan selama ini yang bisa dilakukan hanyalah memantau muka air laut dengan buoy atau tide gauge.
Cara ini kurang efektif dikarenakan alat tersebut baru bisa menginformasikan usai kejadian tsunami, sehingga peringatan yang diberikan terlambat, tsunami sudah datang.
"Karena dipicu oleh longsoran bawah laut, maka estimasi waktu kedatangan tsunami bisa sangat cepat. Hanya dalam hitungan kurang dari 3 menit, seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah," jelas Dwikorita.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR