Nakita.id - Setelah memasuki usia 2 tahun, para orangtua mulai disibukkan dengan fase menyapih.
Menyapih anak merupakan momen dimana anak tak lagi menyusu langsung kepada Moms.
Saat sedang menyapih, tak sedikit para orangtua yang menghadapi beberapa tantangan saat menyapih.
Salah satu tantangan terberat adalah ketika anak mulai rewet dan bahkan mengalami tantrum
Tantrum yang terjadi pada Si Kecil sering terjadi ketika mereka tak bisa mendapatkan ASI ekslusif.
Bahkan, mereka akan mengeluarkan emosi meledak-ledak agar Moms bisa memberikan ASI kepadanya.
Menyapih anak memang tak semudah yang dibayangkan, proses sapih merupakan suatu hal yang berat karena adanya keterikatan emosional.
Menurut Dokter Spesialis Anak RSIA Stella Maris Medan, dr. Dewi Sari, M.Ked(Ped), Sp.A, proses menyapih bukan berarti Moms tidak boleh untuk menyusui anak sama sekali.
Moms bisa mengurangi kebiasaan menyusu secara perlahan, misalnya dengan melihat bagaimana respon yang ditunjukan oleh Si Kecil ketika frekuensi menyusunya dikurangi.
"Proses menyapih tak seindah teori, kita harus tenang, kita drop perlahan-lahan kita kurangi durasi dari menyusui itu bisa mencegah anaknya tantrum," ujar dr. Dewi dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Senin (13/9/2021).
Baca Juga: Si Kecil Tiba-tiba Mengamuk di Depan Umum? Begini Cara Aman Menghadapi Anak Tantrum
Ketika Moms terburu-buru saat menyapih dan tak memperhatikan respon yang Si Kecil berikan, maka tak jarang anak akan meluapkan emosinya dan akan lebih sering tantrum dan rewel sepanjang hari.
Jika mengalami tantrum pada anak, Moms bisa menenangkan Si Kecil agar perasaannya menjadi lebih tenang.
"Bila memang sudah terlanjur tantrum, kita bisa tenangkan dulu, ASI atau susu yang berada di dalam gelas kita biarkan dulu, karena masih tahan dalam satu jam. Kita tenangkan dahulu, kita nyanyikan, kita lakukan segala cara yang bisa membuat anak merasa tenang," sambungnya.
Meski Si Kecil belum terlalu mahir untuk berbicara, Moms bisa mengajaknya berkomunikasi.
Moms bisa bertanya hal apa yang menyebabkan dirinya bersedih, dengan begitu Moms lebih mudah mengatasi anak tantrum dan memberitahu bahwa menghentikan pemberian ASI pada usianya saat ini penting dilakukan.
"Bila anak sudah bisa berkomunikasi, kita kasih tenang dahulu, kemudian kita komunikasikan lagi kenapa dia harus disapih," imbuhnya.
Dokter Dewi mengimbau bahwa menyapih anak tak bisa dijalani hanya dengan Moms seorang diri.
Tentu saja perlu dukungan dan pertolongan orang-orang terdekat, seperti keluarga.
Melibatkan keluarga dalam proses menyapih anak diharapkan bisa mempermudah proses menyapih pada anak.
"Kita bisa meminta tolong oma, opa, kakak atau pengasuh untuk menggendong sementara sampai tenang, kemudian baru dikasih ASI yang diperah," imbuhnya.
Namun, jika segala cara dan upaya telah dilakukan dan anak masih tetap tantrum, jadi lebih baik Moms merencanakan ulang proses menyapih dan menunggu hingga kondisinya lebih siap.
"Bila semuanya tidak berhasil, anak tantrum tidak karuan terpaksa proses menyapih hari itu kita berhenti, kita kembalikan ke ASI. Jadi, kita tidak paksakan di hari itu, tapi besok kita coba lagi. Karena ini proses mengubah perilaku, jadi jangan sampai kita paksa dan anak merasa trauma," pungkas dr. Dewi.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR