Kondisi hipoksia inilah yang jadi penyebab janin tidak bergerak, atau jarang menunjukkan adanya gerakan.
Akibatnya janin tidak menunjukkan gerak yang aktif seperti yang diekspektasikan oleh Moms.
Bisa dibilang, kondisi hipoksia ini memang membutuhkan perhatian yang lebih.
Sebab, janin dalam kondisi hipoksia berpotensi untuk mengalami kerusakan pada organ vital seperti jantung, otak, hati, dan lain-lain.
Menurut American Pregnancy Association, kondisi ibu yang mengalami anemia juga menjadi salah satu alasan terjadinya hipoksia.
Sebab, oksigen yang disalurkan oleh darah ke jaringan sangat-sangat minim.
Bisakah hipoksia ini dideteksi melalui gejala selain gerakan janin?
Dilansir dari What to Expect, ada dua gejala pada janin dan kandungan bila mengalami hipoksia:
Baca Juga: Gerakan Janin Bila Kepala Sudah Di Bawah Bisa Diketahui Ketika Merasakan 6 Hal Ini, Yuk Catat!
1. Detak jantung janin berkurang
2. Cairan air ketuban berwarna hijau kecoklatan
Air ketuban yang berwarna kecoklatan pada air ketuban ini disebabkan karena munculnya mekonium atau feses bayi.
Kemunculan mekonium ini perlu diperhatikan.
Sebab, kemunculannya menandakan bahwa janin berada dalam kondisi stres.
Risiko hipoksia ini bisa saja dialami oleh Moms yang sedang mengandung.
Namun, ibu hamil yang mengalami preeklampsia jauh lebih berisiko terkena hipoksia.
Source | : | what to expect,American Pregnancy Association,NHS |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR