Tabloid-Nakita.com - Tidak ada alat kontrasepsi yang menjamin 100% keberhasilan pencegahan kehamilan. Faktor kegagalan bisa berasal dari alatnya sendiri, orang yang menggunakannya atau dari tenaga medis yang memasangnya. Di samping itu, kegagalan alat kontrasepsi juga dapat disebabkan penggunanya sedang mengonsumsi obat kejang, obat TBC atau konsumsi alkohol dalam jumlah tinggi. Hal-hal ini dapat melemahkan fungsi alat kontrasepsi.
Sebagai langkah antisipasi, inilah yang perlu Mama Papa ketahui agar tak terjadi kebobolan akibat kesalahan memakai alat KB:
Kondom. Kegagalan kerap terjadi karena kecenderungan kaum adam yang merasa kurang nyaman memakainya. Sering laki-laki memasang kondom hanya saat menjelang ejakulasi. Jika sebelumnya sudah ada sperma yang keluar, kehamilan bisa terjadi. Bisa juga karena kondomnya bocor.
Spiral. Kegagalan sering kali disebabkan ketidaktepatan pemasangan spiral oleh tenaga medis atau penggunanya yang melalaikan
kontrol rutin ke dokter kandungan. Semestinya spiral terpasang di dalam rahim. Jika pemasangannya tidak pas, misalnya, di depan atau belakang rahim, kehamilan tetap bisa terjadi.
Kondisi spiral dapat dipantau dengan kontrol rutin, sehingga jika ada pergeseran posisi, dapat segera diperbaiki. Di samping itu, banyak perempuan yang mengabaikan masa kedaluwarsa spiral yang dipakainya. Karena takut sakit atau enggan, pasien sering enggak kontrol, malah ada yang setelah 16 tahun baru kontrol. Padahal, masa kedaluwarsa spiral sekarang itu rata-rata 4―5 tahun. Kalau sudah kedaluwarsa, efektivitas spiral akan berkurang dan bisa menyebabkan kehamilan.
Susuk/Implan. Faktor ketidaktepatan pemasangan alat kontrasepsi menjadi penyebab kegagalan pencegahan kehamilan pada susuk
(implan). Bila tenaga medis yang memasangnya kurang terampil, peluang kesalahan makin besar terjadi. Ditambah lagi, pasien kerap lalai melakukan kontrol rutin dan melupakan masa kedaluwarsa susuk yang berlaku 3―8 tahun.
Pil dan Suntik KB. Kelalaian pengguna menjadi penyebab utama kegagalan pencegahan kehamilan. Pil KB berisi hormon estrogen dan progesteron. Dulu dosisnya cukup besar, sekitar 50 mcg. Karena banyak efek samping, seperti membuat mood jelek dan vlek hitam serta jerawat di wajah, dosisnya dikurangi, sekitar 20 mcg. Sebab itu, pil harus diminum pada jam yang sama setiap hari. Kalau kelalaian meminum pil sudah terjadi 2―3 hari, risiko kegagalan makin tinggi dan harus pakai kontrasepsi tambahan, kondom misalnya.
Hal serupa berlaku untuk suntik KB. Suntik KB harus diulang setiap satu atau tiga bulan sekali pada waktu yang sama. Jika pasien melewatkan jadwal penyuntikan ulang, peluang kehamilan makin besar terjadi. Penyuntikannya pun harus pada hari pertama menstruasi, supaya haid tetap teratur. Kalau disuntik setelah menstruasi, haid akan muncul sebelum waktunya.
Kontrasepsi Mantap/Permanen/Steril. Kegagalan lebih banyak disebabkan faktor kelalaian dokter saat melakukan tindakan operasi.
Pada tubektomi, untuk mencegah sel telur bertemu dengan sperma, dokter akan mengikat atau memutus saluran telur (tuba falopi).
Tapi kadang-kadang yang diikat si dokter bukan saluran telurnya, atau proses pengikatannya tidak sempurna. Kalau saluran telur diikat, harusnya jaringannya akan mati dan putus. Tapi kalau ikatannya tidak kuat, jaringan tidak sempat putus dan tersambung lagi, sehingga terjadi rekanalisasi. Hal inilah yang menyebabkan sel telur masih bisa bertemu dengan sperma.
Kesalahan memakai alat KB yang memicu kebobolan hamil umumnya dipicu oleh kelalaian tenaga medis maupun penggunanya. Lebih baik, lebih berhati-hati lagi ya, Mam.
Narasumber: dr. Mufti Yumus, SpOG, RS OMNI Alam Sutera, Tangerang
(Theresia Widiningtyas)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR