"Begitu posisinya mulai seimbang kira-kira bisa tidak suami ikut terlibat dalam porsi yang lebih banyak mengurus rumah tangga, mengasuh anak. Sumber masalah suami istri bukan dari besarnya jumlah pendapatan mereka melainkan seberapa mampu suami, dan istri saling menyesuaikan diri ketika pendapatan mereka akhirnya berbeda, tuntutan peran mereka juga berubah," jelas Vera.
Senada dengan Vera, Nerissa Wijaya, S.Psi., M.Psi., Psikolog Klinis Anak dan Keluarga di Karunya Family Care Center Surabaya, Jawa Timur, juga menyarankan agar Dads tidak lagi minder ketika pendapatan istri lebih besar dibandingkan suami maka harus komunikasi dan kompromi.
"Jadi perlu disadari juga, ini merupakan suatu pilihan, tentang kompromi terkait bagaimana kita mengambil keputusan bersama. Perlu diingat konflik itu tidak bisa dihindari, dan itu merupakan suatu bagian dari bertumbuhnya suatu keluarga.
Tapi bagaimana kita menyampaikan sesuatu, bagaimana kita menyampaikan sesuatu, itu sama pentingnya dengan apa yang sudah kita sepakati," kata Nerissa dalam wawancara mendalam bersama Nakita.id, Rabu (06/10/2021).
Dengan kompromi, Moms dan Dads bisa menentukan masing-masing peran di dalam rumah tangganya harus seperti apa.
"Berproses bersama sebagai pasangan, tentukan masing-masing perannya mau seperti apa, apa yang perlu dikompromikan, apa yang perlu diputuskan bersama, apa yang penting sih buat kita. Pembahasan itu harus dilakukan secara berkala," tutup Nerissa.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR