Nakita.id - Uang memang sering kali menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga banyak orang.
Hal tersebut bisa terjadi karena rendahnya literasi keuangan yang dimiliki pasangan suami istri.
Padahal memiliki literasi keuangan yang baik wajib dimiliki setiap orang.
Dengan literasi keungan yang mempuni tersebut setiap orang bisa merencanakan keuangan rumah tangganya dengan baik.
Sehingga konflik dalam rumah tangga akibat keuangan bisa dihindari.
Dengan adanya literasi keuangan tersebut juga bisa mendukung para perempuan untuk menggunakan akses pelayanan keuangan formal atau disebut juga keuangan inklusif.
Namun karena tingkat literasi keuangan yang cenderung masih rendah, masih banyak perempuan yang tidak mengggunakan akses pelayanan keuangan secara formal tersebut.
Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah kepemilikan rekening pribadi pada perempuan masih sangat rendah dibandingkan laki-laki.
"Berdasarkan survei sejauh ini laki-laki yang memiliki rekening itu ada sekitar 72%, sementara perempuan baru 65% jadi kesenjangan gendernya disini dalam keuangan inklusif tersebut sudah terjadi lama sejak 2011," kata Lenny N. Rosalin, SE, M.Sc., M.Fin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dalam peliputan khusus yang dilakukan Nakita.id, Rabu (27/10/2021).
Namun, pada tahun 2020 kepemilikan akun rekening antara laki-laki dan perempuan sudah hampir sama dan mengalami peningkatan.
Hal tersebut bisa terjadi karena adanya Bantuan Sosial (Bansos) non-tunai dari pemerintah dan menetapkan perempuan sebagai penerimanya.
"Mengacu dari hasil Dewan Nasional Keuangan Inklusif 2020 mereka mengeluarkan data bahwa kepemilikan akun pada perempuan itu hampir sama dengan laki-laki sekitar 62%, tingginya akun ini didorong oleh program Bantuan Sosial (Bansos) non-tunai dari Pemerintah yang berusaha menetapkan perempuan sebagai penerima manfaat, dan membukakan akun bank pada penerimanya," tambah Lenny.
Akan tetapi menurut Lenny, peningkatan kepemilikan rekening tersebut tidak semerta-merta membuat para perempuan sejahtera dari segi ekonomi.
Diperlukan juga dukungan dari semua pihak agar perempuan bisa mandiri secara ekonomi melalui kegiatan yang produktif.
Pemerintah sendiri sudah menetapkan target keuangan inklusif sekitar 90% yang harus dicapai pada tahun 2024 nantinya.
Sehingga bagi Lenny menganggap penting sekali yang namanya edukasi dan juga meningkatkan literasi keuangan terutama bagi kaum perempuan.
"Pemerintah sendiri menetapkan target inklusif kuangan 90% untuk bisa dicapai di tahun 2024 tentunya perlu edukasi, dan literasi keuangan pada masyarakat terutama pada perempuan," ungkap Lenny.
Baca Juga: Jangan Sampai Alami Kesulitan Ekonomi, Berikut Cara Mengatur Keuangan Setelah Menikah dan Punya Anak
Apabila para perempuan di Indonesia memiliki literasi keuangan yang mempuni maka bisa bantu mendukung pembangunan ekonomi di Indonesia.
"Kementerian PPPA menganggap bahwa literasi keuangan perlu untuk selalu ditingkatkan, jadi melalui strategi edukasi, literasi, dan inklusif keuangan agar tercipta masyarakat yang lebih melek dan juga secara keuangan bisa inklusif sehingga bisa mendukung pembangunan ekonomi di Indonesia," tutup Lenny.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR