Nakita.id - Memiliki seorang anak memang menjadi harapan bagi setiap orangtua.
Tetapi Moms dan Dads perlu belajar bagaimana menjadi orangtua terbaik untuk anak.
Apalagi jika Moms menjadi orangtua untuk anak berkebutuhan khusus.
Sudah tentu menjadi orangtua bagi anak berkebutuhan khusus bukanlah suatu perkara yang mudah.
Si Kecil dapat dikatakan anak berkebutuhan khusus jika dirinya mengalami beberapa perbedaan seperti dalam kondisi fisik, mental, juga sosial dengan teman sebayanya.
Memiliki anak berkebutuhan khusus memang membuat Moms perlu beberapa waktu untuk menerimanya
Sulitnya untuk menerima jika Si Kecil seorang anak berkebutuhan khusus adalah hal yang umum terjadi.
Moms dan Dads yang memiliki anak berkebutuhan khusus mungkin perlu adanya adaptasi untuk menerimanya.
Menurut dr. Tri Gunadi, AMD. OT, S.Psi pendiri Yamet Child Development Center, orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus akan melewati beberapa tahapan untuk menerima sang anak.
dr. Tri menyatakan ada 5 fase tahapan penerimaan yang biasa dikenal dengan istilah DABDA, yakni Denial, Angry, Bargaining, Depression, dan Acceptance.
"Sebelum membantu anak berkebutuhan khusus kita harus bantu orangtuanya melewati 5 fase, cara apalinnya enak DABDA. Yang pertama denial, angry, bargaining, depression, dan fase acceptance," ujar dr. Tri dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Senin (1/11/2021).
dr. Tri menyatakan tahapan awal denia ini dimulai ketika dokter telah memberikan vonis jika Si Kecil adalah anak berkebutuhan khusus.
Tahapan ini seringkali membuat orangtua merasa kaget dan tak bisa menerima jika anak yang telah ia lahirkan seorang anak berkebutuhan khusus.
"Jadi orangtua yang anaknya didiagnosa anak berkebutuhan khusus itu kan memasuki fase pertama yang namanya denial, Kalau orangtua masih denail mustahil bisa membantu anaknya, kita bantu orangtua untuk menerima anaknya terlebih dahulu,"
Tahapan kedua yaitu angry yang terjadi ketika Si Kecil memang terbukti seorang anak berkebutuhan khusus yang membuat para orangtua merasa marah dan tak menerima.
Kemarahan ini bisa dilampiaskan kepada sang anak, pasangan, atau keluarga besar.
Selanjutnya para orangtua yang sudah sadar anaknya berkebutuhan khusus akan memasuki fase bargaining atau tawar menawar.
Moms dan Dads mungkin akan berusaha untuk menawar kondisi yang menimpa kepada anak.
Cara ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menghibur diri atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa.
"Dari denial akan memasuki fase angry marah, bargaining tawar menawar dimana orangtua seperti contoh aku akan rajin sholat supaya anakku tetap sehat," imbuhnya.
Fase yang terakhir adalah fase acceptance, dimana pada tahapan ini orangtua sudah menerima dengan sepenuh hati bahwa anaknya memang berkebutuhan khusus.
Moms dan Dads mulai sepenuhnya menerima dan mengetahui mengenai jenis berkebetuhan khusus seperti apa yang dialami Si Kecil.
"Jadi setelah orangtua yang memasuki fase acceptance sudah paham anaknya berkebutuhan khusus, jenisnya apa, sudah cari tahu tentang diagnosa anak," pungkas dr. Tri.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR