www.Tabloid-Nakita.com.- Janin tidak bergerak bisa disebabkan gawat janin atau istilah medisnya fetal distress . Adalah kondisi janin mengalami hipoksia atau kekurangan asupan oksigen. Pada kondisi ini, jumlah denyut jantungnya akan berada di bawah atau di atas ambang normal, yaitu di bawah 120 dpm (denyut per menit) atau di atas 160 dpm. Bila tak segera ditangani, kondisi tersebut berpotensi membuat kesehatan janin menurun, bahkan bisa menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
Walau Mama tak bisa dengan mudah memantau jumlah denyut janin setiap saat, namun kondisi gawat janin memiliki gejala awal yang bisa diwaspadai, yaitu gerakan janin yang semakin berkurang atau malah tak ada gerakan sama sekali. Itulah mengapa, saat masuk trimester 2 akhir, memantau gerakan janin merupakan rutinitas yang wajib Mama lakukan, bisa dimulai dari pukul 9 pagi hingga 9 malam.
Dokter M. H. Roy Sianturi, SpOG, Obstetrician & Gynecologist Bethsaida Hospital, Tangerang, menyarankan, bila Mama mendapati janin sudah bergerak lebih dari 10 kali, itu sudah cukup. Namun, bila kurang dari itu, Mama patut waspada terhadap kondisinya dan segeralah bergegas ke dokter. Dokter akan segera mengambil tindakan pertama berupa USG untuk melihat kondisi janin, seperti: kualitas plasenta dan jumlah air ketuban. Bila kondisi janin dinyatakan kurang bagus, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan CTG (cardiotocography) untuk melihat aktivitas jantung janin dan kontraksi rahim. Dari sana, barulah akan terpantau apakah janin mengalami hipoksia atau tidak.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan suplai oksigen ke janin menjadi berkurang lalu memicu terjadinya gawat janin, yaitu:
• Menurunnya kualitas plasenta.
Plasenta merupakan organ penting yang menghubungkan Mama dan buah hati dalam kandungan. Lewat plasentalah, Mama mengalirkan darah yang berisi oksigen serta makanan menuju janin. Dalam bahasa lain, proses tumbuh kembang janin akan berjalan dengan baik bila plasenta mampu bekerja baik. Seiring usia kehamilan yang semakin tua, normal-normal saja bila kualitas plasenta semakin menurun. Yang perlu diwaspadai bila kualitas plasenta menurun saat usia kandungan masih belia.
• Kontraksi yang terus-menerus.
“Pijatan” rahim yang terjadi pada janin saat kontraksi bisa membuat aliran darah dari Mama ke janin menjadi berkurang sehingga asupan oksigen pun ikut berkurang.
• Penyakit pada mamil.
Kondisi yang menyebabkan gangguan darah pada mamil, seperti hipertensi, juga bisa memicu terganggunya aliran darah Mama ke janin yang menyebabkan janin kekurangan asupan oksigen. Untuk itu, mamil dengan riwayat penyakit hipertensi atau gangguan darah lainnya disarankan lebih waspada akan kondisi gawat janin ini.
• Ketuban pecah dini.
Saat ketuban pecah, janin sudah tak lagi dalam kondisi baik, sehingga tak ada alasan bagi Mama untuk menunda pergi ke rumah sakit demi keselamatan buah hati. (*)
(Santi Hartono. Foto: Thinkstock)
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR