Nakita.id - Mitos vs fakta kehamilan memang sering berseliweran dimana-mana.
Bahkan orang sekitar pun sering membicarakan tentang mitos vs fakta kehamilan.
Salah satunya mitos vs fakta kehamilan tentang pantangan makan ikan laut saat hamil.
Kecuali udang. Malahan banyak sekali orang-orang yang menyarankan ibu hamil makan udang.
Mengutip dari Healthline, memang Moms sebaiknya menghindari makan ikan laut.
Bukan tanpa alasan, ada bahaya yang sangat mengerikan jika Moms nekat memakannya.
Karena ada ikan laut yang mengandung merkuri tinggi.
Ini penting karena terlalu banyak mengonsumsi merkuri dapat merusak sistem saraf bayi yang sedang tumbuh.
Makanan laut dengan kadar merkuri tinggi meliputi, hiu, raja makarel, ikan ubin, tuna segar.
Sedangkan, udang, ikan salmon, ikan trout, tuna kaleng
ikan kod, nila bisa masih mengandung merkuri hanya saja tidak sebanyak itu.
Sebagai pedoman umum, wanita hamil tidak boleh makan lebih dari 8 sampai 12 ons (dua atau tiga porsi) makanan laut per minggu.
Tapi hal ini tidak berlaku pada udang, karena banyak orang bilang udang boleh dimakan saat hamil.
Namun sayangnya banyak orang yang tak tahu mengapa alasannya.
Jadi apa ya manfaat makan udang saat hamil?
Ternyata mengutip dari Healthline, udang sangat sehat karena mengandung banyak vitamin dan nutrisi yang dibutuhkan.
Misalnya, udang adalah sumber asam lemak omega-3 yang baik.
Menurut penelitian, asam lemak omega-3 seperti yang terdapat pada udang berpotensi menurunkan risiko kelahiran prematur jika dikonsumsi saat hamil.
Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan asupan omega-3 yang cukup cenderung tidak memiliki berat badan lahir rendah.
Omega-3 juga diyakini sangat penting untuk perkembangan otak dan mata janin.
Hanya karena udang aman untuk dimakan selama kehamilan tidak berarti ada beberapa tindakan pencegahan keamanan.
Agar aman, hindari makanan laut mentah sepenuhnya selama kehamilan.
Pasalnya dapat mendatangkan malapetaka pada sistem kekebalan tubuh.
Dan perlu diingat, udang aman dikonsumsi selama kehamilan, tapi jangan berlebihan.
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR