Nakita.id – Moms mungkin masih asing dengan salah satu penyakit menular seksual bernama Klamidia.
Klamidia merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachoma.
Perlu kita ketahui jika penyakit Klamidia dapat dialami oleh pria maupun wanita.
Bahkan, penyakit menular seksual ini juga dapat dialami oleh ibu hamil.
Rasa gatal, keputihan berlebih, perdarahan setelah melahirkan, rasa sakit di perut bawah utamanya saat berhubungan seksual atau rasa panas ketika buang air kecil adalah beberapa tanda dari Klamidia.
Biasanya hal tersebut dikarenakan vagina, saluran kemih, bahkan tuba fallopi telah mengalami infeksi.
Memiliki gejala yang jarang diketahui sebagai tanda penyakit tersebut, sehingga banyak yang tidak sadar jika dirinya telah terinfeksi penyakit Klamidia.
Faktanya, sekitar 75 persen infeksi terjadi pada perempuan dan 50 persen pada pria tanpa gejala.
Penyakit ini memang bisa dibilang masih mudah diobati, hanya dengan antibiotic.
Namun, jika tidak, beberapa dampak berikut bisa membahayakan kandungan kita.
Baca Juga: Sebanyak 70 Persen Wanita Tidak Menyadari Terinfeksi Klamidia, Waspada Bisa Sebabkan Ketidaksuburan
Melansir dari Pregnancy Birth and Baby, berikut beberapa dampak yang terjadi pada ibu hamil jika penyakit menular seksual Klamidia tidak segera diobati.
1. Bayi Lahir Premtur dan Berat Badan Bayi rendah
Salah satu akibat dari terjangkit Klamidia bagi ibu hamil adalah bayi lahir prematur.
Karena Klamidia menyebabkan Moms mengalami nyeri panggul, infeksi vagina, dan infeksi saluran kemih, maka terjadi kontraksi rahim yang mengakibatkan bayi masuk ke jalan lahir.
Bila usia kandungan belum sempurna, maka bayi pun lahir dalam keadaan prematur.
Selain itu, saat lahir berat badan bayi juga akan rendah. Hal ini terjadi karena saat trimester ketiga dimana organ vital bayi sedang mengalami perkembangan.
Pertambahan berat badan bayi yang masih terus dioptimalkan, dapat terganggu dengan adanya Klamidia.
Meski bayi lahir cukup bulan, masih ada kemungkinan bayi lahir dengan berat badan rendah karena perkembangan dan nutrisinya terganggu.
2. Pertumbuhan Janin di Luar Rahim
Infeksi yang disebabkan Klamidia dapat juga terjadi pada tuba fallopi.
Jika peradangan dan infeksi terjadi di daerah ini, sel telur yang telah dibuahi tidak berhasil masuk ke rahim dan justru berkembang di tuba fallopi.
Hal ini tentu saja berbahaya dan akan membuat janin terpaksa digugurkan.
Baca Juga: Berita Kesehatan Wanita: Sakit Saat Pipis, Waspada Tanda Penyakit Kelamin Ini!
3. Bayi Lahir Mati dan Keguguran
Bagi Moms yang terjangkit penyakit ini dan tidak segera diobati, memiliki dampak yang sangat buruk bagi janin, yaitu bayi lahir tapi tidak bernyawa atau keguguran sebelum melahirkan.
Infeksi Klamidia yang menghambat perkembangan organ, menahan suplai oksigen, dapat menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa.
Bila nyeri yang dialami ibu hamil pada perut bawah tidak segera ditangani, maka kontraksi intens pun dapat terjadi.
Jika janin masih belum optimal berkembang dan telah memasuki jalan lahir, maka keguguran pun terjadi.
4. Ophtalmia dan Pneumonia Pada Bayi
Ophtalmia adalah penyakit konjungtivitis yang terjadi pada bayi baru lahir utamanya pada bulan pertamanya, infeksi bakteri Klamidia lah yang menyebabkan hal ini terjadi.
Bayi yang terkena Ophtalmia berisiko tinggi mengalami infeksi ocular yang mengarah kepada kebutaan.
Sedangkan, Pneumonia ditandai dengan batuk beruntun dan hasil foto thorax yang menunjukkan peningkatan volume udara terperangkap di paru-paru.
Pneumonia terjadi karena bakteri Klamidia yang ditularkan oleh ibu biasanya muncul pada bulan 1-3 setelah kelahiran.
Baca Juga: Hati-hati! Perempuan ini Berisiko Alami Penyakit Radang Panggul
Source | : | Pregnancy Birth and Baby |
Penulis | : | Debora Julianti |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR