Nakita.id - Dads tentu sudah mengetahui apa itu kanker dan bahayanya.
Akan tetapi, banyak yang mungkin belum tahu bagaimana cara mencegah dan menanganinya dengan tepat.
Secara umum, kanker adalah tumor yang dapat tumbuh, bermutasi, menyebar, serta memberikan respon beragam terhadap perawatan yang dilakukan.
Jika tidak diatasi segera, tentu tumor ini bisa berkembang menjadi penyakit, Dads.
Salah satunya adalah kanker paru, kanker pembunuh pada pria dewasa nomor satu di Indonesia.
Dads mungkin mengira bahwa kemoterapi merupakan solusi pengobatan terbaik bagi pasien kanker stadium lanjut.
"Tetapi, dalam tiga dekade terakhir, berbagai perawatan baru yang dilengkapi dengan pendekatan holistik telah berkembang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dengan efek samping seminimal mungkin," jelas Dr. Chin Tan Min, dokter spesialis kanker di Parkway Cancer Centre, Singapura.
Kira-kira, apa yang dimaksud dengan perawatan kanker dengan pendekatan holistik ini ya, Moms?
Yuk, simak artikel ini sampai habis!
Dalam acara Virtual Media Briefing "Perawatan Kanker Paru Holistik di Parkway Cancer Centre (PCC) Singapore dan CanHOPE" yang dilaksanakan Rabu (8/12/2021), disampaikan bahwa ada dua terobosan medis besar yang terus dikembangkan selama 15 tahun terakhir.
Bahkan, keduanya disebut-sebut bisa mendukung perawatan kanker paru.
Salah satunya adalah terapi target, yang memanfaatkan obat-obatan untuk menargetkan gen dan protein tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan sel kanker.
"Obat-obatan tertentu yang digunakan dalam pengobatan yang berfokus di pembuluh darah juga dapat memengaruhi lingkungan jaringan yang memungkinkan sel kanker tumbuh dan bertahan hidup," ungkap Dr. Chin.
Terapi target ini dinilai sangat efektif untuk membunuh sel kanker, juga memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Baca Juga: Imel Putri Cahyati Baru Saja Jalani Kemoterapi Ke-enam, Ini Sederet Efek Samping dari Kemoterapi
Selain terapi target, ada juga imunoterapi yang mampu meningkatkan kesempatan hidup pasien kanker melalui manajemen perawatan jangka panjang.
"Imunoterapi bekerja dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien, yang memungkinkan sistem kekebalan tubuhnya mengenali sel kanker dan menghancurkannya dari dalam," jelas Dr. Chin.
Menurut penjelasan Dr. Chin, imunoterapi lebih banyak digunakan untuk mengobati pasien kanker stadium tiga dan empat.
Melalui imunoterapi, pasien tak lagi mengalami kerontokan rambut, maupun sakit kepala atau mual sebanyak terapi yang ada sebelumnya.
Bahkan, imunoterapi sendiri memiliki efek samping yang lebih rendah dan mudah ditoleransi oleh pasien.
Selain dari kedua terobosan tersebut, asupan nutrisi dan kalori yang cukup juga tak kalah penting bagi pasien untuk membantu proses pemulihannya.
"Perawatan kanker dapat mempengaruhi pola makan, minum, dan pencernaan pasien. Rekomendasi asupan nutrisi yang diberikan akan tergantung kepada efek samping yang dialami," kata Fahma Sunarja, Ahli Diet Utama dan Manajer Senior di Parkway Cancer Centre, Singapura.
Fahma juga menambahkan, sebagian pasien mungkin kehilangan nafsu makan, mual, mengalami perubahan rasa, atau timbul luka di mulut setelah perawatan.
"Setiap pasien tentunya memiliki kondisi yang berbeda-beda. Maka dari itu, pendekatan dan program diet yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing," tegas Fahma.
Fahma menyarankan pasien untuk menjadikan waktu makan sebagai sebuah kegiatan sosial yang dapat dinikmati bersama keluarga dan teman.
Bukan cuma itu, Fahma juga menyarankan untuk menggunakan sendok dan garpu berbahan plastik atau kayu, apabila pasien merasakan pahit atau ada rasa loga di mulutnya.
Kemudian, memasak dengan peralatan dari bahan gelas tahan panas daripada panci dan wajan logam.
Mengingat pentingnya pendekatan holistik dalam perawatan kanker, Parkway Cancer Centre, Singapura menghadirkan perawatan kanker komprehensif.
Perawatan ini ditangani oleh tim medis multidisiplin berpengalaman, lalu dilengkapi dengan teknologi modern dan terapi inovatif yang sudah terbukti efektivitasnya.
Mulai dari skrining kanker, diagnosis, pengobatan, hingga perawatan paliatif.
Dads, yuk jangan menunda pencegahan kanker sejak dini!
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR