Cara yang kedua, Olivia mengimbau agar Moms bisa memberikan waktu kepada diri sendiri untuk memulihkan pikiran dan juga perasaan.
Pahami, jika proses kehilangan memang memerlukan waktu untuk menerimanya.
Sangat wajar jika Moms perlu waktu untuk menyendiri dan berpikir untuk memasuki tahapan penerimaan.
Namun, pastikan untuk tidak terlalu larut dalam rasa sedih, jadi sebaiknya kelola perasaan duka secara lebih efektif.
"Yang kedua memahami dan mengalami seluruh dinamika kedukaan yang dirasakan, Moms yang mampu bertahan dalam mengalami krisis kehilangan akibat kehilangan janin dan mampu mengelola kedukaannya secara efektif adalah orang yang bersedia mengalami seluruh kedukaan," sambungnya.
Hal yang perlu disadari ketika mengalami keguguran adalah bukan hanya seorang istri saja yang merasa sedih, tetapi sang suami pun akan merasakan hal yang serupa.
Tetapi mungkin, pasangan Moms tak bisa menunjukkan rasa sedih secara langsung yang dikhawatirkan hanya akan membuat Moms semakin terpuruk.
Olivia menyarankan pikirkanlah hal-hal yang dapat membuat Moms untuk kembali bangkit dan pulih menjalani aktivitas seperti sedia kala.
Pikirkanlah hal-hal yang membuat Moms semakin bersemangat dan selalu ingat bahwa Moms dan pasangan sangatlah berharga.
Berikan pemikiran jika keguguran memang bisa terjadi kepada siapapun dan Moms selalu punya kesempatan untuk bisa memulai program hamil kembali di masa depan.
"Yang ketiga, miliki alasan untuk bangkit dari keterpurukan. Memang keguguran itu adalah hal yang membuat ibu merasa terpuruk bahkan ayahpun akan merasakan hal demikian," ujar Olivia.
"Tetapi yang perlu diingat miliki alasan untuk bangkit, alasan ini dapat mendorong Moms dan juga Dads untuk merasakan dirinya itu penting dan berguna, dan memahami bahwa proses kehilangan janin itu dialami oleh seluruh anggota keluarga lainnya bukan Moms seorang diri," pungkas Olivia.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR