Menurut Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, dokter anak ahli tumbuh kembang bidang pediatri sosial di Brawijaya Klinik Kemang, semua itu hanyalah mitos belaka.
"Enggak selalu karena trauma, ya. Enggak selalu karena psikologis," terang dr. Bernie dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id pada Minggu (12/12/2021).
dr. Bernie pun membenarkan bahwa gagap cukup banyak ditemukan pada anak-anak usia prasekolah.
"Karena memang kemampuan berbahasanya itu sudah cukup baik, tetapi mungkin bahasa ekspresif dia belum terlalu baik ya," jelasnya.
Sebagai informasi, bahasa ekspresif adalah bagaimana anak menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan dirinya.
Tapi, menurut penjelasan dr. Bernie, pemikiran pada anak sudah banyak, serta kemampuan bahasa pada anak sudah lebih.
"Tahapannya itu kan sudah preoperational gitu, ya. Kalau di (usia) 2 tahun, ke bawah kan sensori motor. Ini sudah preoperational," tegasnya.
"Kadang-kadang dia ingin mengutarakan sesuatu, tetapi kemampuan bahasanya masih terbatas. Atau, jadinya menyebabkan ada pengulangan 'A-a-a-apasih?' gitu ya. Jadi, seperti gagap," jelasnya.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR