Nakita.id - Kasih sayang orangtua pada anaknya memang tak dapat digantikan dengan besaran uang berapa pun.
Namun, perempuan di Tiongkok ini rela melakukan apapun sebagai bukti kasih sayangnya pada sang ayah.
Luo Changming, didiagnosis menderita penyakit leukimia myeloid pada 2016.
Sejak saat itu, Luo harus mengeluarkan biaya sebesar 200.000 yuan (sekitar Rp400 juta) untuk melakukan kemoterapi.
BACA JUGA:Tak Banyak Diketahui, Ini Rumah Stefan William dan Celine Evangelista
Sayangnya, kondisi Luo mulai kambuh awal tahun ini.
Dokter menyimpulkan bahwa satu-satunya harapan Luo adalah melalui transplantasi sumsum tulang.
Pendonornya harus memiliki hubungan yang dekat.
Orangtua Luo pun terlalu tua untuk bisa menyumbangkan sumsum tulang.
Sementara saudara perempuannya tidak memenuhi kriteria pendonor, seperti dilansir dari situs Nextshark.com.
Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah putrinya, Zhenzhen.
Namun, dokter mengatakan bahwa bobotnya terlalu ringan untuk mendonorkan sumsum tulang.
BACA JUGA:Intip Cincin Berlian Para Artis Bollywood, Mewah Berharga Fantastis!
Pada usia 11 tahun, berat Zhenzhen hanya 29 kilogram.
Meski demikian, Zhenzhen bertekad untuk membantu ayahnya.
"Saya bertanya kepadanya, kamu adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkan ayah, apakah kamu mau membantunya?" tanya sang ibu, Luo Xiaolan.
Dengan tegas, Zhenzhen menjawab,"Ya, saya tidak takut."
Hanya dalam waktu lebih dari sebulan, Zhenzhen mampu menaikkan berat badan hingga 33,5 kilogram.
BACA JUGA:Ini yang Terjadi Jika Minum Air Kunyit Hangat Tiap Pagi Selama 7 Hari Saat Perut Kosong
"Terkadang ia berhenti untuk makan, namun ketika mengingat ayahnya, Zhenzhen akan lanjut makan," ujar sang ibu.
Setelah usahanya berhasil, dokter menyatakan bahwa Zhenzhen dapat mendonorkan sumsum tulangnya minggu depan nanti.
Anak yang luar biasa membanggakan ya Moms.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Next Shark |
Penulis | : | Fairiza Insani Zatika |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR