2. Pfizer
Penny mengatakan, hasil uji klinik dari vaksin Pfizer menunjukkan bahwa penyuntikan vaksin tersebut menimbulkan efek samping bersifat lokal seperti nyeri di tempat suntikan, nyeri otot, demam, dan nyeri sendi.
"Imunogesitas menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan sebesar 3,3 kali," ucapnya.
Adapun sebagai vaksin booster, vaksin Pfizer bersifat homologus atau pemberiannya untuk vaksin sejenis pada dosis pertama dan kedua.
"Diberikan sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer untuk usia 18 tahun ke atas," kata Penny.
3. AstraZeneca
Hasil uji klinik dari vaksin AstraZeneca menunjukkan, efek samping dari penyuntikan vaksin tersebut bersifat ringan (55 persen) dan sedang (37 persen).
Baca Juga: Vaksin Booster Bisa Didapatkan Secara Gratis Mulai Hari Ini, Begini Mekanismenya
Sama seperti Pfizer, vaksin AstraZeneca bersifat homologus atau pemberiannya untuk vaksin sejenis pada dosis pertama dan kedua.
"Imunogesitasnya menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi dari 1.792 menjadi 3700," kata Penny.
4. Moderna
Vaksin Moderna bisa diberikan sebagai vaksin booster yang sifatnya homologus atau sejenis dan heterologus atau jenis vaksin yang berbeda dari vaksin dosis satu dan dosis kedua.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR