Nakita.id - Salah satu masalah yang dihadapi oleh anak stunting adalah kesulitan belajar.
Melansir dari laman Kemenkes (Kementerian Kesehatan) Republik Indonesia, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek.
Penderita stunting umumnya akan menunjukkan tanda-tanda tersendiri.
Mulai dari rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, serta produktivitas rendah.
Dengan adanya tanda-tanda tersebut, maka tak menutup kemungkinan anak akan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.
Hal ini mungkin membuat Moms dan Dads bertanya-tanya, apakah anak sebaiknya dimasukan ke sekolah berkebutuhan khusus (SLB)? Atau, diberikan les tambahan untuk mengejar ketertinggalannya di sekolah?
Psikolog Anak dan Konselor Laktasi dari PION Clinician, Irma Afriyanti Bakhtiary, M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa sebetulnya anak stunting belum tentu termasuk kategori anak berkebutuhan khusus.
"Anak stunting belum tentu kemampuannya dibawah rata-rata, tapi kalau enggak stunting pasti IQ-nya lebih baik lagi," kata Irma dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Senin (10/1/2022).
Lantas, seperti apa sekolah yang tepat untuk anak dengan kondisi stunting? Berikut ini penjelasannya.
Orangtua sebaiknya jangan beranggapan bahwa anak stunting tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah umum.
Meskipun ada beberapa anak yang tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata, sebetulnya mereka masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
"Untuk anak-anak yang memang memiliki kekurangan dalam kognitif, ada baiknya diberikan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya," jelas Irma.
Lebih lanjut, Irma menyarankan cara memilih sekolah yang tepat untuk anak dengan masalah kesulitan belajar.
"Misalnya anak saya ada kekurangannya nih dalam fokus, nah carilah sekolah sekolah yang muridnya sedikit tapi gurunya lebih banyak," kata Irma.
"Biasanya kalau muridnya sedikit, anak-anak nya lebih terlihat kelebihannya di mana dan area mana yang harus dikembangkan," lanjutnya.
"Misalnya matematikanya kurang, nanti bisa diberikan les tambahan dengan guru di sekolahnya," katanya lagi.
Namun, Irma juga mengingatkan agar orang tua tidak terlalu menekan anak saat belajar.
Orangtua sebaiknya tidak menuntut, karena setiap anak punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
"Kita beri perhatian khusus dengan les, tapi bukan berarti anak yang diberikan les bisa setara kemampuannya dengan anak-anak normal," katanya.
"Mungkin ada faktor-faktor yang kurang menonjol dalam dirinya, tapi itu bisa kita sesuaikan pelan-pelan.
Selain itu, hampir setiap sekolah saat ini ada guru BK (Bimbingan Konseling) yang akan membimbing anak menemukan arah minat dan bakatnya.
"Misalnya anak yang punya kemampuan seni bagus nanti diberi bimbingan dan diikutkan lomba," kata Irma.
"Tujuannya supaya dia lebih percaya diri dan enggak merasa down meskipun ada pelajaran tertentu yang kurang menonjol," lanjutnya.
Terakhir Irma mengingatkan agar orang tua selalu peka dengan setiap kebutuhan anak dalam proses belajarnya.
"Misalnya dengan mencari sekolah yang tepat dan bekerja sama dengan guru-gurunya di sekolah," kata Irma.
"Karena ada juga beberapa sekolah yang memang fleksibel, misalnya materi pelajaran yang ini mungkin bisa dimudahkan untuk anak tertentu," pungkasnya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR