Nakita.id - Apakah Moms, pernah mendengar tentang pola asuh helikopter?
Pola asuh helikopter atau helicopter parenting adalah gaya pengasuhan orangtua yang terlalu protektif.
Disini, orangtua digambarkan sebagai helikopter yang melayang-layang di atas anaknya.
Dalam artian, mereka memantau semua aktivitas yang dilakukan oleh buah hatinya.
Pola asuh yang seperti ini dianggap negatif karena dapat menghambat anak-anak untuk mandiri.
Namun ternyata, apabila dilakukan dengan benar pola asuh ini ada sisi positifnya juga, lo.
Mengutip dari Parents, Annie Fox, M. Ed., penasihat ahli tentang parenting sekaligus penulis buku Teaching Kids to Be Good People mengatakan bahwa, helicopter parents tidak bisa melihat anaknya menderita, insting mereka langsung tergerak untuk membantu.
"Hal itu tentunya bagus, tapi kalau ikut campur terlalu jauh, kita bisa menghambat anak untuk belajar menghadapi tantangan," katanya.
Annie Fox menyarankan cara menerapkan pola asuh helikopter yang benar, catat ya, Moms!
Baca Juga: Mengenal Dampak Negatif 'Helicopter Parenting', Pola Asuh yang Kerap Dilakukan Tanpa Sadar
1. Orangtua harus tahu batasan
"Saya sebenarnya menyukai gagasan 'melayang' karena menyiratkan kedekatan antara orangtua dana anak," kata Annie Fox.
"Artinya, orangtua memahami anaknya dengan cukup baik dan tahu apa yang dia butuhkan," lanjutnya.
Namun, Annie Fox mengingatkan, orangtua harus tahu kapan waktunya mereka mundur dan tidak ikut campur terlalu jauh mengenai masalah anaknya.
2. Jangan berasumsi kita bisa menyelesaikan semua masalah anak
Pada dasarnya, Moms menjadi orang pertama yang menyadari bahwa anak sedang kesulitan.
Di sini Moms bisa menawarkan bantuan seperti memberi solusi-solusi yang bermanfaat.
Sebetulnya, peran kita sebagai orangtua cukup sampai di tahap itu saja, selanjutnya anak bisa memilih apakah mereka ingin dibantu atau tidak.
Anak mungkin punya ide sendiri, biar bagaimanapun dia yang paling paham mengenai kesulitan yang sedang dihadapinya.
Baca Juga: Pola Asuh Permisif pada Anak, Kenali Tanda-tanda dan Faktor Penyebabnya
3. Peehatikan juga lingkungan di sekitar anak
Biasanya orangtua helikopter hanya melihat anaknya saja, namun tidak dengan lingkungan di sekitar mereka.
Misalnya, saat anak mengalami kesulitan belajar di sekolah, Moms langsung memberi mereka banyak les privat.
Daripada begitu, cobalah sesekali ikut rapat di sekolah dan berdiskusi bersama guru dan orangtua murid lainnya mengenai seperti apa metode pembelajaran yang ideal.
Tentunya semua metode tersebut tidak hanya untuk membantu anak kita saja, tapi juga semua murid yang ada di sekolah.
4. Berikan pandangan yang lebih luas untuk menambah wawasannya
Memasuki usia remaja biasanya anak mulai membicarakan hubungannya dengan teman atau lawan jenis.
Sebagai helicopter parents, sebaiknya Moms tidak hanya mengawasinya dari atas saja.
Ajak anak untuk naik ke dalam helikopter supaya mereka bisa mendapatkan pandangan luas mengenai lingkungan sosial yang menjadi pusat identitasnya.
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR