Nakita.id - Mitos vs fakta kehamilan kali ini membahas tentang pantangan untuk berendam saat hamil.
Hal ini karena akan ada banyak bahaya yang ditimbulkan jika Moms berendam saat hamil.
Memang pantangan demi pantangan akan Moms hadapi ketika mulai menjalani masa kehamilan.
Pasti banyak orang-orang yang lebih tua memberi nasihat untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan janin.
Tentu saja, hal ini diberikan karena orang sekitar ingin ibu hamil bisa lancar menjalankan kehamilan hingga persalinan.
Tapi seringnya ucapan dari orang-orang yang lebih tua ini tidak berdasar penelitian.
Mereka pun hanya diberi nasihat dari orang sebelum mereka.
Ya, pantangan-pantangan ini biasanya memang turun temurun.
Memang ucapan orangtua harus dipatuhi, tapi Moms juga harus cerdas karena sekarang ini banyak peneliti yang sudah memberikan kebenaran tentang suatu pantangan tersebut.
Salah satu mitos vs fakta kehamilan yang beredar, yaitu ibu hamil dilarang berendam terlalu lama.
Pasalnya, ibu hamil yang terlalu lama berendam bisa menyebabkan air ketuban jadi berlebih.
Benarkah hal tersebut? Mari kita kupas tuntas mitos vs fakta kehamilan berikut ini.
Memang benar air ketuban bisa lebih banyak, tetapi tidak ada kaitannya dengan Moms yang terlalu lama atau terlalu sering berendam.
Kondisi air ketuban yang terlalu banyak disebut dengan polihidramnion.
Melansir dari Medical News Today, ibu hamil yang alami polihidramnion umumnya tidak memiliki tanda atau gejala.
Kalau pun ada gejala yang muncul, maka ditandai dengan kesulitan bernapas, kontraksi prematur, atau nyeri di perut.
Penyebab cairan ketuban yang terlalu banyak bisa bermacam-macam seperti sedang mengandung anak kembar atau ibu hamil mengidap diabetes.
Di samping itu, kondisi janin yang mengalami kesulitan menelan cairan ketuban, janin menghasilkan jumlah urin lebih banyak, infeksi pada janin, atau anemia pada janin juga bisa menyebabkan cairan ketuban lebih banyak dari normalnya.
Masalah pada janin seperti masalah dalam susunan genetik janin, paru-paru, sitem syaraf, ataupun malformasi kongenital juga bisa menyebabkan cairan ketuban lebih banyak.
Kondisi cairan ketuban yang lebih banyak ini perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko komplikasi pada janin ataupun ibu hamil.
Risiko komplikasi pada janin akibat cairan ketuban yang banyak di antaranya kelainan bawaan, ukuran atau posisi tidak normal sehingga sulit saat persalinan, posisi tali pusat berbahaya, hingga untuk kasus yang parah bisa menyebabkan kematian.
Sementara, risiko kompolikasi pada ibu hamil akibat cairan ketuban yang banyak, diantaranya terjadi persalinan prematur, waktu persalinan lebih lama, air ketuban pecah lebih diri, sulit bernapas, hingga pendarahan yang tidak terkontrol usai melahirkan.
Untuk mengetahui apakah ibu hamil dalam kondisi atau tidak, dokter bisa melakukan prosedur amniosentesis.
Dalam prosedur tersebut, dokter akan mengumpulkan sampel cairan ketuban dari rahim untuk dianalisis secara genetik.
Selain itu, bisa juga dilakukan tes darah untuk memeriksa apakah ada diabetes atau infeksi pada ibu.
Kalau benar terjadi, dokter bisa melakukan tindakan untuk mengurangi volume ketuban dengan melakukan amnioreduksi atau diberikan obat-obatan.
Jadi, tidak perlu lagi ya Moms percaya mitos vs fakta kehamilan yang menyebut cairan ketuban yang terlalu banyak disebabkan oleh ibu hamil yang berendam terlalu lama.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR