Dijelaskan olehnya bahwa risiko gagal jantung meningkat pada orang orang dengan kondisi berikut.
Diantaranya, hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes, riwayat keluarga dengan kardiomiopati, paparan toksin, penyakit jantung katup, gangguan fungsi tiroid, rokok, serta sindrom metabolik.
Saat ini penyebab gagal jantung yang paling banyak di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes.
Sementara itu, tak menutup kemungkinan adanya faktor risiko tambahan seperti obesitas, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal, gaya hidup tidak sehat, dan obstructive sleep apnea.
Dengan mengetahui sejumlah faktor risiko gagal jantung, kita bisa melakukan pencegahan dengan memulai gaya hidup sehat dan rutin berkonsultasi ke dokter.
Sementara untuk penanganannnya, berdasarkan pedoman tatalaksana gagal jantung yang dikeluarkan oleh PERKI pada tahun 2020, terdapat 3 pilar utama pengobatan gagal jantung,
Apa saja diantaranya, simak penjelasan selengkapnya!
Baca Juga: Bukan Hanya Merokok, Ternyata Ini Penyebab Gagal Jantung yang Belum Banyak Orang Ketahui
Tiga pilar utama pengobatan gagal jantung diantaranya, RAS (renin angiotensin aldosteron) blocker, Betablocker, dan MRA (mineraloreceptor antagonist).
Kemudian saat ini sudah tersedia beberapa terapi dan pengobatan di Indonesia, termasuk obat terbaru SGLT2I yang baru mendapatkan izin BPOM.
“Setiap pasien gagal jantung harus menjalani pengobatan yang optimal. SGLT2i merupakan salah satu regimen terapi terbaru pada gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40% dan sudah tersedia di Indonesia," kata dr Siti.
"Bukti penelitian global menunjukkan efektivitas obat ini untuk menurunkan angka kematian dan rawat inap berulang akibat perburukan gagal jantung,” lanjutnya.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR